Sosok.ID - Pemberontakan G30S/PKI membuat keadaan dalam negeri Indonesia goyah.
Orde Lama Soekarno pun ambruk usai peristiwa berdarah ini.
Jatuhnya Orde Lama membuat menyingsingnya fajar Orde Baru selama 32 tahun kedepan nantinya.
Mengutip Buku Peter Kasenda : Soeharto Bagaimana Ia Bisa Melanggengkan Kekuasaan Selama 32 Tahun?, usai terjadinya G30S/PKI, para mahasiswa yang tergabung dalam KAMI melakukan demonstrasi.
Mereka menuntut Presiden Soekarno membubarkan PKI.
Menanggapi hal itu, Soekarno malah mengeluarkan Keputusan Presiden No 41/Kogam/1966 yang berisi pembubaran KAMI.
Mendapati dibubarkan, mahasiswa malah semakin gencar menyerang pemerintahan Soekarno.
Tahu akan ini, maka pada 11 Maret 1966 Soekarno secara mendadak mengadakan sidang kabinet untuk membahas tuntutan mahasiswa.
Saat itu semua menteri datang, walaupun ada gangguan karena mahasiswa kembali demo, dan mengempiskan ban-ban mobil di sekitar istana.
Namun Soeharto tidak nampak batang hidungnya.
"Yang secara mencolok adalah ketidakhadiran Soeharto yang dikatakan sakit tenggorokan ringan,"tulis Peter.
Ada pula selentingan kabar yang disampaikan oleh Brigjen Suadi kepada Soekarno bahwasanya ada pasukan-pasukan RPKAD yang bakal menyergap Istana.
Tahu akan hal ini, Soekarno menhubungi Panglima KKO Hartono bakal mengerakkan pasukannya untuk melindunginya.
Ketika sidang kabinet dimulai dan Soekarno sedang berpidato di hadapan para petinggi negara, ajudan menyela dan menyerahkan selembar nota.
Setelah membacanya, Soekarno jadi was-was.
Ia mengumumkan ada sesuatu yang amat penting telah mencekam dirinya dan memutuskan untuk pergi dari Istana.
Menteri Luar Negeri Soebandrio dan Chaerul Saleh juga tahu isi nota itu.
Keduanya juga mengikuti Soekarno meninggalkan lokasi sidang.
"Nota itu berisi informasi sekelompok pasukan tak dikenal yang menanggalkan segala tanda pengenal mereka sehingga identitasnya tak diketahui, telah menduduki posisi mengepung istana," tulis Peter.
Sebelum sampai ketangan Soekarno, awalnya nota tersebut diterima oleh Pangdam Jaya, Amir Machmud.
Belakangan, diketahui Soekarno meninggalkan sidang kabinet, menuju Istana Bogor.
Di sana Soekarno bertemu sejumlah pejabat, hingga menghasilkan Surat Perintah 11 Maret, atau yang biasa dikenal Supersemar.
Isi Supersemar "memerintahkan" Soeharto mengambil tindakan yang dianggap perlu demi menjaga keamanan Presiden Soekarno dan Indonesia. (*)