Mengetahui hal ini para petinggi militer Jepang menjadi was-was karena bukan tidak mungkin dengan didudukinya Okinawa oleh sekutu maka mereka bisa seenaknya terbang di atas wilayah udara Jepang dan membombardir Tokyo.
Dan jatuhnya Okinawa bisa mempermulus langkah sekutu untuk menyerang pulau-pulau utama Jepang.
Kemudian para petinggi militer Jepang mulai memaparkan situasi terkini perang kepada Kaisar Hirohito pada 1 April 1945.
Militer Jepang, yakni angkatan udara dan daratnya akan melancarkan serangan besar-besaran kepada sekutu bila Okinawa jadi diserang.
Baca Juga: Seorang Pria Paruh Baya Ditemukan Tewas di Kamar Hotel Usai Ngamar dengan Seorang Wanita
Namun Kaisar Hirohito malah bertanya, "Lalu bagaimana dengan angkatan laut? Apa yang mereka lakukan untuk membantu mempertahankan Okinawa?"
Bak terkena petir siang hari bolong, para petinggi angkatan laut kekaisaran Jepang tak bisa berkomentar banyak.
Hirohito bertanya seperti itu karena tidak tahu keadaan sebenarnya bahwa angkatan lautnya sudah berada di titik nadir dan sebentar lagi kolaps.
Setelah merasa ditekan dan 'disentil' kaisar maka angkatan laut Jepang mulai merancang misi serangan bunuh diri demi memperlihatkan jiwa Bushido rela mati demi kaisar dan negara.
Maka disusunlah operasi militer bunuh diri bagi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang bernama Ten-Go.
Operasi ini dirancang langsung oleh Panglima Tertinggi Armada Gabungan, Laksamana Toyoda Soemu.
Unsur yang terlibat dalam operasi ini ialah battleship terbesar di dunia, Armada Yamato dan kapal pengawalnya.