Seiring berjalannya waktu, jenazah yang diawetkan ini mengeluarkan aroma khas.
Nah, orang-orang Anga biasanya akan menghisap aroma jenazah ini.
Praktik menghisap ini dikenal dengan istilah "roh haus" dan kemudian jenazah ditempatkan ke atas tebing.
Jenazah-jenazah itu dijejerkan rapi dan sengaja diposekan sedemikan rupa.
Namun penampilan jenazah bisa dibilang menyeramkan.
Baca Juga: Begini Alasan Pemerintah DKI Jakarta Berikan Daging Olahan untuk Masyarakat, Agar Lebih Tahan Lama
Wajar saja lantaran mayat dilumuri tanah merah seakan seperti masih hidup.
Ada pula tumpukan tulang belulang manusia diantara jenazah-jenazah yang masih 'duduk' diatasnya.
Seorang pemuka agama orang-orang Anga, Loland mengatakan jika pengawetan mayat ini sudah dilakukan semenjak Perang Dunia I.(*)