Sebab, perjuangannya telah dimulai sejak ia berusia 17 tahun, melansir dari biografiku.com.
Saat itu, ia ngotot untuk ikut ayahnya, Kapitan Paulus Tiahahu ikut dalam sebuah pertemuan.
Bahkan, gadis asal Maluku ini ikut andil dalam salah satu peperangan yang dipimpin oleh Kapitan Pattimura.
Peperangan besar itu terjadi di Ulath di Pulau Saparua.
Dalam peperangan itu, Martha berhasil mengobarkan semangat pasukan perang perempuan yang ia pimpin.
Peperangan itu juga menjadi yang pertama kali bagi Belanda menghadapi pasukan perempuan yang begitu fanatik.
Bahkan, salah satu pasukan perempuan itu berhasil membunuh Richemot, seorang pemimpin pasukan Belanda.
Martha dan Ayahnya sempat ditangkap oleh Belanda.
Kemudian mereka bersama beberapa tokoh perjuangan lainnya diinterogasi dan dihukum mati.
Namun, karena saat itu Martha masih sangat muda, ia dibebaskan.