Keduanya merupakan pemimpin milisi Republik Indonesia yang membuka jalur kereta api di Bendul, Purwakarta, Jawa Barat sepanjang 20 meter.
Darja dan Uswata berjuang bersama warga sipil lain dari Purwakarta.
Suatu ketika ada kereta api yang mengantar tentara Belanda dan perlengkapan militer tergelincir di Bendul Purwakarta pada tahun 1948.
Setelah tergelincir tiba-tiba ada segerombolan warga sekitar yang melompat masuk kedalam kereta yang tergelincir tersebut.
Ternyata segerompolan orang tersebut adalah pejuang sipil yang jumlahnya sekitar 50 orang.
Setelahmeloncati kereta api yang ambruk, mereka memberondongi tentara Belanda yang ada di dalam dengan senjata api.
Tentara Belanda yang tidak siap dengan aksi serangan tak terduga tersebut tak bisa membalas, alhasil 8 orang tentara Belanda tewas.
Selain membunuh tentara Belanda sebanyak 23 tentara Belanda mengalami luka.
Ternyata kereta api yang tegelincir tersebut memang sudah direncanakan oleh para pejuang.
Aksi penggulingan kereta api milik Belanda ini dilakukan oleh Darja dan Uswata serta kelompoknya sebagai balasan atas tindakan Dutch Police Action pasca kemerdekaan Indonesia 1945.