Setelah lulus sekolah ia sempat bekerja di rumah sakit Serui selama 3 tahun.
Kemudian ia pindah kerja di Sorong sebagai pegawai perusahaan minyak di sana sampai awal tahun 1942 saat Jepang menduduki Indonesia.
Papare kembali ke Serui untuk menjadi petani.
Pada tahun 1944 Silas pernah direkrut oleh Amerika sebagai mata-mata untuk membantu Amerika mengusir Jepang dari Irian (sebelum Papua).
Selepas Jepang kalah pada perang dunia kedua, Papua kembali dikuasai oleh Belanda.
Papare memang tak menyukai pemerintah Belanda yang menjajah Irian pada masa itu.
Itulah sebabnya ia memutuskan untuk kembali menjadi petani di Serui.
Desember 1945, Silas bersama teman-temannya berusaha mempengaruhi pemuda-pemuda Irian Barat yang tergabung dalam Batalyon Papua untuk melancarkan pemberontakan.
Rencana tersebut gagal dan mengakibatkan Silas dipenjara di Jayapura.
Saat menjalani masa penjara ini ia bertemu dengan Dr. Sam Ratulangi, Gubernur Sulawesi masa itu yang diasingkan oleh pemerintah Belanda di penjara tersebut.