Dua pekan sebelum KTT dimulai, tim dari Korps Baret Merah sudah berada di Filipina untuk melatih pengawal presiden Corazon agar tak letoy.
Sudah menjalani pelatihan singkat namun performa dan kemampuan para pengawal presiden Filipina dinilai kurang mumpuni.
Mau tak mau tim Kopassus malah diterjunkan langsung untuk memberikan pengawalan ketat kepada presiden Filipina, Corazon Aquino.
Walhasil tim Kopassus ini menyamar menjadi Paspampres Filipina dengan mengenakan pakaian tradisional Barong Tagalog.
Selain itu tim Kopassus ini diugaskan pula menjaga para pemimpin ASEAN lainnya di hotel mereka menginap.
Kesiapsiagaan tinggi militer Indonesia ini sempat membuat para pemimpin ASEAN tiarap, patuh akan desakan presiden Soeharto agar tetap datang di KTT Manila.
Namun di hati para pemimpin ASEAN itu merasa lega karena keamanan mereka terjamin berkat kehadiran TNI.
Sebaliknya bagi pemberontak dan separatis Filipina langsung balik kucing melihat situasi keamanan Manila amat terkendali.
Bukan hanya militer Indonesia saja yang mengirim pasukannya untuk suksesnya KTT.
Angkatan perang Singapura dan negara ASEAN lainnya juga mengirimkan kekuatan militernya namun tetap komando teratas dipegang oleh TNI.
KTT ASEAN ke-13 Filipina kemudian berjalan sukses dan lancar tanpa kendali berkat pengamanan yang dilakukan TNI beserta angkatan perang negara lainnya.