3 Upaya Pelemahan Demokrasi versi Anies Baswedan hingga Sosok Ini Bantah Nasdem Membelot

Kamis, 05 Januari 2023 | 09:58
(TRIBUN NEWS / DANY PERMANA)

Anies Baswedan singgung 3 upaya pelemahan demokrasi.

Sosok.ID - Calon presiden 2024 yang diusung Partai Nasdem, Anies Baswedan mengungkapkan tiga upaya pelemahan demokrasi.

Hal itu disampaikan Anies Baswedan melalui unggahan di sosial media Instagramnya @aniesbaswedan pada Senin (2/1/2023).

Anies Baswedan menyebutkan bahwa dia dan anaknya, Mikael menonton sebuah film berjudul The Edge of Democracy.

"Menghabiskan awal tahun bersama Mikail dengan menonton The Edge of Democracy (2019) di Netflix. Dokumenter yang dibuat oleh Petra Costa, sineas perempuan milenial dari Brazil, bercerita tentang erosi demokrasi dan perjalanan politik Lula da Silva sebagai Presiden," tulis Anies Baswedan dalam unggahannya, seperti dikutip Sosok.ID.

Anies kemudian menjelaskan secara singkat isi dari film dokumenter tersebut.

"Dokumenter ini lalu bercerita tentang upaya penyingkiran terhadapnya melalui pengadilan yang kontroversial atas tuduhan korupsi walau pada 2021 Mahkamah Agung membatalkan hukumannya.

Kejatuhan Lula dan erosi demokrasi di Brazil membuka jalan bagi Jair Bolsonaro."

Anies Baswedan kemudian teringat dengan isi buku How Democracies Die karya Daniel Ziblatt dan Steven Levitsky yang terbit pada tahun 2019 silam.

"Menonton dokumenter ini mengingatkan pada buku How Democracies Die, bahwa ada tiga tahap untuk melemahkan demokrasi secara perlahan dan tak disadari," ujarnya.

Ia lantas membeberkan 3 upaya pelemahan demokrasi tersebut.

"Pertama, “kuasai wasitnya”. Ganti para pemegang kekuasaan di lembaga negara netral dengan pendukung status quo."

Kedua, “singkirkan pemain lawan”. Singkirkan lawan politik dengan cara kriminalisasi, suap, atau skandal.

Ketiga, “ganti aturan mainnya”. Ubah peraturan negara untuk melegalkan penambahan dan pelanggengan kekuasaan," ujar Anies.

"Pelemahan demokrasi secara perlahan seperti itu dapat sebabkan “shifting baseline syndrome”, yaitu perubahan secara bertahap dan perlahan hingga publik menjadi terbiasa dengan kondisi barunya yang sebenarnya buruk.

Kondisi yang penuh oleh praktik yang dulunya dipandang tidak normal dan tidak boleh dinormalkan dalam demokrasi, tapi karena perburukannya berlangsung perlahan maka tanpa disadari dianggap sebagai kewajaran baru.

Dari dokumenter ini dunia belajar bahwa demokrasi tidak boleh “taken for granted”, tapi harus terus dirawat. Penyimpangan walau hanya kecil namun kontinyu terhadap etika dan praktik demokrasi akan menjadi lebar bila dibiarkan.

Pesan pentingnya: bila terlambat maka akan menjadi terlalu berat untuk dikembalikan pada relnya," tandas Anies Baswedan dalam unggahannya.

Nasdem Tidak Membelot

Sejak Nasdem mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon presiden 2024 dalam Pilpres 2024, muncul wacana reshuffle kabinet Indonesia Maju yang diduga didasari karena kekecewaan Presiden Jokowi atas deklarasi Nasdem saat pemerintahan Jokowi - Ma'ruf belum rampung.

Bahkan muncul tudingan Nasdem membelot.

Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Nasdem Johnny G Plate menyampaikan bantahan.

Johnny G Plate menegaskan partainya tidak keluar haluan.

Meurutnya, meski mengusung Anies Baswedan sebagai presiden, namun Nasdem berkomitmen penuh mendukung pemerintahan Presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin hingga tuntas.

"Nasdem membangun koalisi memenangkan kontestasi pemilu termasuk pilpres, melaksanakan pemerintahan sampai selesai dengan baik. Nasdem bukan partai atau politisi desertif (pembelot)," ucap Plate di Kantor Kemkominfo, Jakarta, Rabu (4/1/2022), dilansi Sosok.ID dari Kompas.com.

"Nasdem adalah partai yang punya komitmen secara sungguh-sungguh mengawal dan mendukung pemerintahan Pak Jokowi dan Kiai Ma’ruf Amin," tegasnya. (*)

Baca Juga: Bersikeras Sosok Anies Baswedan Harus Calon Presiden, Nasdem: PDIP Kita Tunggu-tunggu!

Tag

Editor : Rifka Amalia