Buat Geger, Sosok Ilmuwan Ini Temukan Cara Berbicara Dengan Hewan, Akui Mampu Ajak Ngobrol Babi, Begini Ceritanya!

Minggu, 17 April 2022 | 20:19
Freepik

Ilustrasi hewan.

Sosok.ID - Dunia sains kini dihebohkan dengan penemuan yang terbaru oleh ilmuwan asal Eropa yang mengaku telah mampu ajak ngobrol hewan.

Bahkan ilmuwan tersebut menerangkan dirinya bisa berbincang langsung dengan hewan melalui penemuan yang dibuatnya.

Melansir dari Kompas.com, baru-baru ini peneliti Eropa berhasil menemukan cara untuk memecahkan kode perasaan hewan yang disebut seperti mengobrol dengan binatang tersebut.

Dalam penelitiannya tersebut, hewan yang pertama kali digunakan sebagai objek ilmiah adalah babi.

Bahkan di klaim bahwa melalui dengkuran, suara, dan jeritan hewan tersebut mereka dapat menerjemahkan dalam sebuah perbincangan.

Namun demikian, penelitian yang dilakukan ini disebut dalam proyek yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan hewan.

Para ahli biologi mempelajari lebih dari 7.000 rekaman yang berasal dari 411 suara babi.

Sejumlah rekaman tersebut terdapat sejumlah suara baik dari decitan singkat kepuasan saat makan hingga tangisan putus asa saat disembelih.

Usai dilakukan perekaman dan sejumlah penelitian, kemudian dari suara-suara babi tersebut diklasifikasikan ke dalam 19 kategori berbeda.

"Kami menunjukkan bahwa pada dasarnya mungkin untuk mengetahui emosi babi menurut vokalisasi mereka," kata pemimpin proyek Elodie Briefer, dosen di Universitas Kopenhagen, kepada AFP, Jumat (15/4/2022).

Proyek bersama Swiss, Denmark, Norwegia, Perancis dan Republik Ceko ini diterbitkan dalam jurnal Nature.

Dalam tulisan tersebut, peneliti mencoba menawarkan cara baru meningkatkan kesejahteraan hewan.

Hal itu mereka lakukan dengan menciptakan alat yang dapat mengkategorikan emosi berdasarkan tingkat suara yang dihasilkan, menurut para peneliti.

"Kami juga menjalankan algoritme pembelajaran mesin... yang menghasilkan spektogram, kemudian dilatih untuk mengenali konteks negatif dan positif."

Setelah dikembangkan, alat baru ini akan memungkinkan peternak yang saat ini sebagian besar hanya dapat memeriksa kesehatan fisik hewan.

Penelitian inipun disebut mampu menghasilkan tujuan terutama untuk memantau kesehatan mental mereka.

Ilmuwan tersebut menambahkan, jika jeritan negatif meningkat, petani akan diberitahu bahwa ada sesuatu yang salah dan dapat memeriksanya.

Sebagai informasi, di wilayah Skandinavia dihuni 13,2 juta babi, terbanyak di Eropa dengan lebih dari dua ekor per kapita.

Bagi Dewan Pertanian dan Pangan Denmark, implikasi dari penelitian ini menjanjikan.

"Konsep ini... berpotensi menjadi alat yang berguna antara lain dalam pekerjaan untuk memantau kesehatan dan kesejahteraan babi," ujar Trine Vig juru bicara dewan.

"Mereka sangat vokal"

Menurut pemimpin proyek Elodie Briefer, alat-alat ini mencapai "92 persen akurasi mengklasifikasikan valensi... (atau) apakah panggilan itu negatif atau positif, dan akurasi 82 persen dalam mengklasifikasikan konteks aktual di mana suara dihasilkan".

Menurut temuan, perasaan positif diekspresikan dalam dengusan pendek, sedangkan sentimen negatif paling sering diungkapkan dengan suara yang lebih panjang.

Lalu mengapa fokus pada babi, bukan sapi atau kelinci? Bagi penulis penelitian, babi yang dikenal dengan berbagai macam cicit dan suaranya adalah sampel yang sempurna.

"Mereka sangat vokal, yang membuat mereka lebih mudah untuk belajar," kata peneliti.

"Mereka menghasilkan vokalisasi sepanjang waktu, bahkan dalam situasi intensitas rendah, mereka masih akan bersuara."

(*)

Baca Juga: Kondisi Lingkungan Makin Memprihatinkan, Kini Disebut Ilmuwan Teluk Jakarta Memiliki Kandungan Parasetamol Sangat Tinggi, Perubahannya Diungkap Para Nelayan!

Baca Juga: China Panik, Ilmuwan Amerika Temukan Data Asal Muasal Virus Covid-19

Tag

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber Kompas.com, afp, Nature