Bisa Sebabkan Pecah Perang Dunia 3, Penyebab Rusia Getol Hancurkan Ukraina dengan Kekuatan Militer Penuh Terbongkar!

Kamis, 27 Januari 2022 | 19:51
TASS

Ilustrasi. Bisa Sebabkan Pecah Perang Dunia 3, Penyebab Rusia Getol Hancurkan Ukraina dengan Kekuatan Militer Penuh Terbongkar!

Sosok.ID - Kabar mengejutkan datang dari Eropa saat Rusia mengirim sekitar 100.000 tentara di dekat perbatasannya dengan Ukraina.

Hal itu disebut menambah ketegangan antara dua negara bertetangga tersebut.

Bahkan gegara tindakan militer Rusia tersebut diangap berpotensi meningkatkan ancaman invasi.

Di sisi lain, intelijen Amerika Serikat mengungkapkan bahwa Rusia sudah menyiapkan invasi dengan 175.000 tentara.

Baca Juga: Eropa Diambang Perang Dunia III Saat Ini, Pemicunya Ternyata Hal Ini Hingga Inggris Keluarkan Senjata Mematikan!

Sementara itu, militer Ukraina kini tengah mendapat pelatihan dan peralatan dari AS.

Meski demikian militer Ukraina diyakini tetap sulit menandingi kehebatan militer Rusia.

Ancaman pecah perang Ukraina Rusia pun di depan mata.

Bahkan tak hanya dua negara itu yang bakal terlibat, tetapi juga blok Timur dan Barat.

Presiden Joe Biden bahkan sampai mempertimbangkan untuk mengerahkan beberapa ribu tentara AS, kapal perang, dan pesawat tempur.

Baca Juga: China Makin Nekat Hingga Disebut Bakal Jadi Pembuka Perang Dunia III, Senjata Cuci Otak Ini Disebut Paling Berbahaya Saat Ini!

Melansir dari The New York Times, Biden berujar, invasi Rusia ke Ukraina akan menjadi konsekuensi terbesar di dunia yang terjadi sejak Perang Dunia II.

NATO pun diwanti-wanti oleh Rusia agar tidak melanjutkan ekspansi ke arah timur, dan tidak mengakui Ukraina sebagai anggotanya.

Gegara insiden yang cukup menegangkan tersebut, dunia internasional dibuat bertanya-tanya soal alasan Rusia memerangi Ukraina.

New York Times,Senin (24/1/2022) menyebutkan, pada dasarnya Putin sedang berusaha menyusun ulang batas-batas Eropa pasca Perang Dingin, membangun zona keamanan yang luas, dan menarik kembali Ukraina, dengan paksa jika perlu.

Ternyata perseteruan antara Ukraina dan Rusia sudah membara sejak 2013.

Baca Juga: Bak Disebut Jadi Awal Perang Dunia III, Amerika Serikat Sampai Was-was Gegara 3 Negara Ini Disebut Bakal Serang Mereka!

Saat itu Ukraina berupaya menggulingkan presidennya yang pro-Rusia, Viktor Yanukovych, dan militer Rusia memasuki wilayah Ukraina.

Imbas dari kondisi tersebut, Rusia mencaplok semenanjung Crimea yang otonom pada 2014 dan mengobarkan pemberontakan separatis di Ukraina timur.

Rusia berdalih, aneksasi Crimea adalah untuk membela kepentingan warga berbahasa Rusia di sana.

Akan tetapi, pencaplokan itu tidak diakui oleh sebagian besar negara.

Tak lama kemudian, separatis pro-Rusia di wilayah Donetsk dan Luhansk di Ukraina mendeklarasikan kemerdekaan dari Kiev, sehingga memicu pertempuran yang sengit selama berbulan-bulan.

Baca Juga: Sulut Perang Dunia Ketiga, Sosok Ini Panik, Lesti Kejora dan Rizky Billar Jadi Cek Cok di Depan Kamera: Aduh

Gencatan senjata sempat disepakati pada 2015 tetapi sulit ditegakkan.

Perdamaian total tak kunjung didapat di tengah perang Rusia Ukraina yang menewaskan lebih dari 13.000 tentara dan warga sipil.

Menurut Putin, Ukraina pada dasarnya adalah bagian dari Rusia baik secara budaya maupun historis.

Vladimir Putin yang kini berusia 69 tahun dan berada di senja karier politiknya juga disinyalir berniat memoles citranya dengan memperbaiki apa yang dilihatnya sebagai bencana abad ke-20, yaitu pecahnya Uni Soviet.

Ukraina, negara berpenduduk 44 juta orang yang sebelumnya tergabung dengan Uni Soviet dan berbagi perbatasan sepanjang 1.900 kilometer dengan Rusia, menurut Putin dapat meningkatkan kekuatan negaranya untuk bersaing dengan AS dan China.

Baca Juga: Ditakutkan Dampaknya Saingi Perang Dunia II, Invasi Penuh Rusia ke Ukraina Disbeut Akan Picu Konflik Besar-besaran

Melansir dariNew York Times, turut disinyalir berusaha meningkatkan dukungan nasionalis di dalam negeri, di tengah pandemi yang berkecamuk dan perekonomian yang tertatih. Pada 2021, Rusia juga dilanda demo anti-Putin terbesar dalam beberapa tahun oleh oposisi.

Sementara itu, Rusia beralasan bahwa penempatan ratusan ribu pasukan di perbatasan adalah antisipasi ekspansi NATO ke arah timur, dan reaksi terhadap hubungan intensif Ukraina dengan aliansi tersebut.

Dikutip dari ABC7 pada Minggu (23/1/2022), NATO meningkatkan dukungan untuk Ukraina dalam hal persenjataan, pelatihan, dan personel.

Rusia pun menuduh Ukraina meningkatkan jumlah pasukannya sebagai persiapan merebut kembali wilayah Donbass, tetapi Kiev membantah tudingan itu.

Pemerintah Ukraina menegaskan, Rusia tidak dapat mencegah Kiev membangun hubungan yang lebih dekat dengan NATO.

Baca Juga: Dulu Disumpah Tak Boleh Punya Tentara Perang, Kini Jepang Disebut-sebut Siapkan Serangan Pada Pangkalan Musuh, PD III Pecah?

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuding Rusia berusaha mengacaukan negara itu dan menyusun kudeta.

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba memperingatkan, kudeta terencana dapat menjadi bagian strategi Rusia menjelang invasi militer.

Ketegangan antara kedua negara semakin diperburuk oleh krisis energi Ukraina yang mendalam, dan menurut Kiev didalangi oleh Moskwa dengan sengaja.

Pada saat yang sama, pemerintahan Zelensky sedang diterpa banyak rintangan di berbagai bidang, termasuk gelombang ketiga Covid-19 dan ekonomi yang terpuruk.

Melansir dari ABC7, banyak orang Ukraina juga tidak senang karena pemerintah belum memenuhi janji untuk mengakhiri konflik di timur negara itu.

Demo anti-pemerintah pun sempat terjadi di Kiev.

Sejauh ini peluang perang Rusia Ukraina masih terbuka dan belum ada pembicaraan yang membuahkan hasil positif.

(*)

Baca Juga: Ditakutkan Sulut Perang Dunia, Intelijen Rusia Bongkar Tindakan Berbahaya Amerika Serikat

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber : Kompas.com, New York Times, ABC 7

Baca Lainnya