Sadar Cuma Dikadali, Mantan Tentara Israel Ini Buka Kartu Soal Pasukan Negeri Zionis ke Media, Blak-blakan Ungkap Misi untuk Warga Palestina

Minggu, 23 Mei 2021 | 14:31
Israel Defense Forces

para tentara Israel

Sosok.ID - Konflik antara Israel dan Palestina kembali meletus sejak bulan Ramadan kemarin.

Israel pun menuai banyak kecaman dari penduduk dunia, tak terkecuali dari masyarakat Indonesia.

Sebab, serangan-serangan yang mereka luncurkan telah menewaskan banyak korban jiwa.

Bahkan, banyak di antara korban adalah anak-anak dan wanita.

Baca Juga: Jaminan Aman Hanya Dongeng Belaka, Masyarakat Palestina Justru Dibuat Ketar-ketir Usai Hamas dan Israel Sepakat untuk Gencatan Senjata, Mengapa?

Seiring dengan hal itu, pengakuan seorang mantan tentara Israel pun kembali menjadi perhatian.

Ia adalah Eran Efrati, warga Israel yang pernah mengabdi sebagai tentara Israel.

Dalam sebuah wawancara yang diunggah di Cordova Media pada 2018 lalu, Eran menceritakan masa-masa saat ia masih menjadi tentara Israel.

Awalnya, Ia mengaku ragu atas apa yang dinikmatinya dari kekuasaan untuk mengendalikan warga Palestina.

Baca Juga: Hamas Desak Jokowi Minta Dukungan, Istana Akhirnya Bongkar ResponPresiden atas Konflik Palestina-Israel

Di saat yang bersamaan ia tak mengerti anak-anak Palestina yang tampak takut saat melihatnya.

Eran juga tak mengerti kenapa anak-anak Palestina menjauh darinya ketika ia pergi ke jalan.

Eran mengaku, sebelum menjadi tentara Israel dirinya adalah seorang pendidik (pengajar). Ia juga mengaku menyukai anak-anak.

Demikian, ia merasa bingung mengapa anak-anak Palestina yang ditemuinya ketakutan.

Baca Juga: Bukan Gegara Desakan Banyak Negara Termasuk Indonesia, Ternyata Ini Alasan Dibalik Israel Terima Gencatan Senjata dengan Hamas, Negaranya Disebut Bisa Hancur Bila Nekat Perang!

"Saya menyadari setelah melihat banyak sudut pandang mereka saat melihat saya, ada sepatu boots, seragam militer, helm, 6 kanton amunisi, dua granat di tangan saya.

"Tapi saya tidak menyadarinya saat itu dan saya benar-benar tidak memahaminya," kata Eran Efrati.

Kendati begitu, dari sana Eran segera menyadari bahwa pekerjaannya bukan untuk melindungi siapa pun.

Eran merasa pekerjaan yang harus ia geluti itu bertolak belakang dengan hati nuraninya.

Baca Juga: Tunjukkan Dukungan Pada Palestina, Wanita Asal Indonesia Ini Ajak Pelakor Seluruh Tanah Air Lakukan Hal Ini Pada Tentara Israel

Tangkap layar YouTube/Cordova Media
Tangkap layar YouTube/Cordova Media

Erin Efrat, mantan tentara Israel yang merasa didustai

Ia juga sadar dan terketuk hatinya untuk mengkritisi penjajahan yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina.

Bahkan dalam wawancara tersebut, mantan tentara Israel itu kini membeberkan fakta dan misi utama tentara Israel tersebut.

Setelah menyadari ada sesuatu yang salah pada dirinya, ia menyadari pekerjaannya untuk mempertahankan Sistem Apartheid.

Sistem Apartheid merupakan sistem yang diadopsi Israel selama ini untuk melemahkan Palestina.

Baca Juga: Sniper Israel Bak Buang-Buang Peluru, Senjata Hamas Ini Mematikan Meski Terbuat dari Plastik, Terbukti Sudah Bakar Ratusan Hektar Wilayah Negeri Zionis

Apartheid adalah Sistem pemisahan ras yang pernah diterapkan oleh pemerintah kulit putih Afrika Selatan pada tahun 1948-1990.

Ciri dari Sistem Apartheid adalah melakukan tindakan represi terhadap penduduk kulit hitam dengan tujuan untuk memberikan keuntungan sebesar-besarnya pada kelompok minoritas kulit putih.

Eran menjelaskan bagaimana Sistem Apartheid dilaksanakan lewat pekerjaannya.

Saat menjadi tentara Israel ia mengetahui ada hak-hak yang dimiliki baik pemukim Yahudi maupun penduduk Palestina.

Baca Juga: AS Bak Mulut Manis Saja, Israel-Hamas Gencatan Senjata, Biden Janji Pasok Balik Iron Dome untuk Tel Aviv, Padahal Sempat Puji Palestina

Ia bahkan mengaku paham dirinya tak boleh menindak pemukim Yahudi jika mereka menyerang penduduk Palestina.

Namun, hal yang terbaik yang bisa dilakukan saat itu menelepon kantor polisi lokal untuk datang menanganinya.

Ia menjelaskan pemukim Yahudi yang tinggal di Hebron memiliki hak yang sama dengan orang-orang yang tinggal di Yerusalem.

Tetapi, penduduk Palestina yang tinggal dekat dengan mereka, rumah, bangunan atau apartemen hidup di bawah kendali dan pengawasan dirinya.

Baca Juga: Nekat! di Tengah Ucapkan Janji Bangun Ulang Gaza, Joe Biden Keceplosan Ungkap Niat Terselubung Pada Israel dan Palestina, Padahal Pernah Ditentang Keras

Kemudian Eran mengaku, saat itu dirinya juga bisa melakukan apapun yang diinginkan.

Baik itu mengambil alih rumhanya atau dijadikan basis militer sementara.

Dengan kewenangannya saat itu ia bisa memutuskan untuk menangkap pemilik rumah (warga Palestina) hingga mengikatnya di pagar rumah basis militer.

Eran juga menjelaskan bagaimana diskriminasi perlakuan tentara Israel terhadap pemukim Yahudi dan penduduk Palestina.

Baca Juga: Belum 24 Jam Gencatan Senjata, Polisi Israel Serbu Kompleks Masjid Al-Aqsa, Tembakkan Gas Air Mata ke Warga Palestina Usai Salat Jumat

Jika mendapatkan perintah, ia bisa saja menghancurkan rumah yang ia rebut tersebut.

Kemudian, tentara Israel juga mencegah penduduk Palestina keluar di jalan yang dikhususkan bagi pemukim Yahudi.

Penduduk Palestina harus melewati jendela menuju halaman lalu menuju sisi lain di Kota Hebron.

Demikian, melihat kenyataan diskrimanasi tersebut, Eran akhirnya menyadari dan memahami situasinya.

Baca Juga: Detik-detik Hamas dan Israel Gencatan Senjata, Palestina Rayakan Idul Fitri yang Tertunda, Israel Getir, Berikut Jumlah Korbannya!

"Saya kemudian menyadari dan memahami bahwa seseorang telah membohongi saya selama ini," ujarnya.

Dari pekerjaan menjadi tentara pengaman, ia merasa tak melindungi siapapun.

Ia juga merasa tidak membantu siapapun atau merasa lebih aman.

Pada kenyataannya, saat itu ia justru merasa dirinya adalah seorang teroris untuk orang lain.

Baca Juga: Mundur 3 Tahun Sebelum Konflik, Sniper Israel Viral Kejutkan Dunia dengan Aksinya, Tembak Warga Palestina Cuma Gegara Berdiri 100 M dari Perbatasan

"Saya merasa bahwa saya telah meneror orang-orang," akunya.

Eran mengungkapkan saat menjadi tentara Israel ia merasa batasan antara kebaikan dan keburukan yang dipelajari saat anak-anak untuk menjadiorangbaik saat itu telah hancur.

Eran menyadari pekerjaan sebagai tentara Israel tak lain merupakan menjadi teroris.

Dengan pekerjaan itu ia menakut-nakuti orang lain agar mereka tidak berpikir untuk melawan para pemukim atau tentara Israel.

Baca Juga: Ketika Roket Hamas Terobos Iron Dome, Warga Israel Berhamburan Lakukan Ini untuk Selamatkan Diri

Eran mengungkapkan itulah misi utama tentara Israel.

Tentara Israel memastikan rasa takut pada hati penduduk Palestina terus tertanam.

(*)

Editor : Dwi Nur Mashitoh

Sumber : Tribun Jabar

Baca Lainnya