Sosok.ID - Situasi politik dan militer dunia beberapa tahun terakhir memang mengalami perubahan cukup signifikan.
Beberapa konflik antar negara pun acap kali terjadi salah satunya perebutan wilayah sengketa yang lazim terjadi.
Kini indikasi bakal terjadinya perang dunia disebut semakin kencang tercium.
Hal itu setelah Rusia dan China beberapa tahun belakangan menjalin kemitraan yang semakin erat satu sama lain.
Gerakan Blok Timur pada masa perang dunia berpuluh-puluh tahun lalu pun disebut bakal dibangkitkan kembali oleh dua negara tersebut.
Kedekatan tersebut dimulai dari tak adanya manfaat potensial dalam pembentukan NATO di Eropa.
Hal itu diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Selasa (6/4/2021) sebagaimana dilansir Russian Today.
Pernyataan itu disampaikan Lavrov kepada wartawan saat dia berkunjung ke India.
Lavorv mengakui bahwa hubungan negaranya dengan “Negeri Panda” telah mencapai tingkat yang terbaik dalam sejarah.
Kendati demikian, kemesaraan hubungan tersebut tidak membuat keduanya berminat menciptakan aliansi angkatan bersenjata.
Lavrov bahkan mengkritik isu yang muncul mengenai pembentukan “NATO Timur” atau “Blok Timur” atau bahkan “NATO Asia”.
“Kami telah bertukar pandangan tentang masalah ini. Kami berbagi posisi yang sama dengan teman-teman India kami bahwa ini akan menjadi kontraproduktif,” tutur Lavrov.
Di sisi lain, hubungan antara Rusia dan negara-negara anggota NATO memburuk dalam beberapa bulan terakhir.
Hubungan keduanya memburuk setelah konflik antara Rusia dengan Ukraina semakin memanas terkait situasi terkini di Donbass.
Pekan lalu, Lavrov menyangkal klaim dari Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg yang berkeras bahwa ketidakharmonisan antara NATO dan Rusia adalah kesalahan Moskwa.
Lavrov mengatakan, Rusia bukannya tak mau berdialog dengan NATO.
Moskwa hanya tak ingin duduk satu meja dan membicarakan Ukraina.
“NATO tidak ada hubungannya dengan Ukraina,” ujar Lavrov.
Konflik Moskwa dan Kiev semakin memanas beberapa hari terakhir setelah muncul laporan bahwa Rusia mengerahkan pasukannya ke wilayah perbatasan dengan Ukraina.
Seorang diplomat Ukraina, Aleksey Arestovich, mengatakan bahwa negaranya akan bekerja dengan NATO untuk mempersiapkan kemungkinan terburuk.
Dia menambahkan latihan militer berskala besar dari NATO, dinamakan DefenderEurope 2021, telah dimulai.
Arestovich mengeklaim bahwa latihan tersebut akan difokuskan menjaga perairan Baltik hingga Laut Hitam dan simulasi konfrontasi bersenjata dengan Rusia.
Sebagai bagian dari latihan perang tersebut, Eropa akan menyaksikan penyebaran pasukan AS terbesar sejak awal abad ke-21.
Sekitar 20.000 tentara AS akan berpartisipasi, bersama dengan kontingen berkekuatan 17.000 personel dari negara-negara anggota NATO dan non-anggota seperti Ukraina.
Diketahui dalam sejarah negara-negara dengan kekuatan militer besar seperti China dan Rusia kala itu membentuk aliansi bernama blok timur yang menyaingi aliansi yang dibentuk AS dan sekutunya.
Hal itu membuat dunia dalam ambang kehancuran lantaran perang terjadi di mana-mana.
Namun kala itu Indonesia tampil menjadi salah satu negara yang diperhitungkan meski baru saja merdeka.
Indonesia di bawah kepemimpinan Soekarno kala itu membuat aliansi di luar dua blok besar tersebut.
Aliansi negara-negara itupun diberi nama Gerakan Non Blok oleh Soekarno kala itu.
Lalu bagaimana dengan peran Indonesia sekarang?
(*)