Sosok.ID - Blusukan menjadi satu istilah yang populer di kalangan pejabat beberapa waktu ini.
Tak hanya sebatas istilah, blusukan juga digunakan oleh beberapa pejabat untuk mengetahui keadaan masyarakat.
Salah satu pejabat yang mempopulerkan metode blusukan tak lain adalah Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Oleh karena itu, kini metode mendatangi secara langsung masyarakat untuk mengetahui masalah yang ada di akar rumput seperti sebuah kebiasaan bagi banyak pejabat.
Meski kini dipopulerkan oleh Presiden Jokowi, ternyata metode blusukan ini bukan hal yang baru bagi pemegang jabatan orang nomor satu di Negeri Ini.
Hal yang serupa bahkan pernah di oleh Presiden kedua Indonesia saat masih menjabat.
Tak hanya blusukan, bahkan Presiden Soeharto kala itu juga sering menginap di rumah warga di desa.
Apa yang dilakukan oleh Presiden Soeharto itupun tak khayal membuat terkejut pejabat-pejabat daerah.
Sebab Soeharto kala itu tak memberitahu pejabat-pejabat di bawahnya kecuali orang terdekatnya.
Soeharto ternyata kerap kali tampil di tengah rakyat Indonesia bahkan melakukan beberapa penyamaran.
Kisah mengenai blusukan dan penyamaran Soeharto saat menjabat menjadi presiden itupun ditulis dalam beberapa buku.
Yakni Otobiografi Soeharto, Pikiran, Ucapan dan Tindakan, serta buku berjudul Soeharto The Untold Stories.
Bukan hanya sekali dua kali blusukan maupun penyamaran dilakukan oleh Soeharto kala menjabat jadi Presiden.
Penyamaran jadi rakyat biasa itupun dilakukan Soeharto demi bisa melihat secara langsung pembangunan di daerah-daerah.
Aksi Soeharto saat itu akhirnya tak jarang membuat para pejabat setempat ataupun menteri tak berkutik.
Mereka khawatir ketika ditanya oleh Soeharto terkait hasil yang dikerjakan.
Soeharto langsung ke bawah untuk membuktikannya.
Saat berkeliling Soeharto hanya ditemani ajudan atau satu dua pengawal dan dokter pribadi kata Tri Sutrisno masih dari buku tadi.
"Pak Harto selalu melakukan Incognito, Pak Harto selalu berpesan tidak boleh ada satupun yang tahu kalau Pak Harto mau melakukan incogniti," kata Tri.
Tak jarang, banyak pejabat daerah masa itu yang kalang kabut bahkan wajah pucat dan keringat dingin sering dijumpai oleh Tri Sutrisno saat mengawal bosnya tersebut.
Uniknya dalam setiap blusukan maupun penyamaran di daerah-daerah yang dituju, Soeharto tak pernah menginap di Hotel.
Ia lebih memilih tidur di rumah warga ataupun di rumah kepala desa yang ia tuju.
Soeharto yang gemar blusukan untuk pastikan pembangunan apakah berjalan sesaui rencana atau tidak membuatnya harus melakukan pencatatan secara detail.
"Tentu saja saya pun kadang-kadang merasa capek, karena hilir mudik dari sana ke mari lewat daratan, terbang dari satu tempat ke tempat lainnya untuk memulai dengan pembangunan yang baru dan mengontrol pembangunan yang sedang berjalan, dan lelah pula karena memeras otak."
"Tetapi saya tidak boleh mengeluh, apalagi menyerah. Pembangunan adalah perjuangan yang sengit," kata Soeharto melalui buku tersebut.
Tak jarang pula Soeharto membawa rombongan sendiri dari Jakarta untuk sekedar menyediakan makanan baginya.
Selain itu, Tien Soeharto atau Bu Tien juga tak jarang membawakan bekal makanan sambal teri dan kering tempe.
Apa yang dilakukan oleh Soeharto kala itu memang dirasa penting lantaran keadaan ekonomi dan pembangunan masa itu cukup terpuruk.
Oleh kebutuhan kebijakan yang harus tepat sasaran membuat Soeharto memilih blusukan dan menyamar di tengah masyarakat biasa.
Menurut penuturan Jenderal Purnawirawan Tri Sutrisno mantan ajudan yang kemudian menjadi Wakil Presiden Soeharto melalui buku 'Soeharto The Untold Stories' terbitan Gramedia menjelaskan tentang hal ini.
Kondisi saat blusukan sangat memprihatinkan, Tri heran kenapa seorang presiden kok nerimo saja.
Bahkan Soeharto terlihat senang blusukan.
Baca Juga: Kekejaman HAM Prabowo Disorot Internasional, Sandiaga Uno Pasang Badan: Tidak Ada Bukti!
"Saya melihat pak Harto menikmati perjalanan keliling desa itu," kata Tri Sutrisno dalam buku tersebut.
Tahun 1965 inflasi capai 500 persen harga beras naik 900 persen defisit anggaran belanja mencapai 300 persen dari pemasukannegara indonesia di ambang kebangkrutan.
Setelah dilantik jadi pejabat presiden 1967 Soeharto keliling daerah dan kumpulkan informasi dari petani.
Soeharto sadar petani dan swasembada pangan menjadi kunci untuk perbaiki perekonomian Indonesia
Dari berkeliling Soeharto tahu apa yang dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi pangan.
Apa yang dilakukan Soeharto itupun disebut jadi cikal bakal kebijakan Repelita atau Rencana Pembangunan Lima Tahun yang cukup melegenda sampai saat ini.
Repelita yang fokuskan oleh Soeharto pada tahun 1969 hingga 1974 itupun berfokus pada pertanian dan industri yang mendukungnya.
Slogan Soeharto sederhana, cukup pangan, cukup papan, cukup sandang, cukup lapangan pekerjaan dan pendidikan. (*)