50.000 Prajurit Menggigil di Suhu Minus, Jenderal Kondang India Sebut Perang Besar vs China Segera Terjadi: Konfrontasi Tidak Dapat Diabaikan!

Sabtu, 07 November 2020 | 15:00
DNA India

Ilustrasi - Militer India

Sosok.ID - Pertempuran tangan kosong yang terjadi di bulan Juni antara tentara India dan China di perbatasan yang disengketakan meningkatkan sumbu ketegangan dua negara.

20 prajurit India dilaporkan tewas, sejumlah tentara Tiongkok yang jumlahnya dirahasiakan juga meregang nyawa.

Dikutip dari Reuters, hal itu juga memicu penempatan prajurit besar-besaran di daerah perbatasan terpencil dan terluar.

Sejak saat itu kedua belah pihak berusaha meredakan situasi melalui jalur diplomatik dan militer.

Baca Juga: Perang Besar India-China Semakin Dekat, New Delhi Siap Tempur

Namun upaya tersebut hanya membuat sedikit kemajuan, mengantarkan para tentara berhadapan dalam suhu di bawah nol di gurun salju di Ladakh.

Kepala Staf Pertahanan India Bipin Rawat mengatakan, situasi masih tegang di Garis Kontrol Aktual, perbatasan de facto antara kedua negara di Himalaya.

Komandan tertinggi militer India bahkan mengatakan ketegangan di perbatasan Himalaya barat dapat memicu konflik yang lebih besar.

Meski diketahui, komandan senior dari kedua belah pihak telah bertemu di dekat garis depan untuk putaran kedelapan pembicaraan dalam beberapa bulan terakhir.

Baca Juga: Medan Militer Malabar Terjunkan Prajurit Jepang, India, Australia, dan AS dengan Maksud Terselubung 'Pecundangi' China

Di Garis Kontrol Aktual, perbatasan de facto di Ladakh Timur, ribuan tentara India dan China dikurung dalam konfrontasi selama berbulan-bulan.

“Kami tidak akan menerima perubahan apa pun dari Garis Kontrol Aktual,” kata Rawat, Jumat (6/11/2020), dikutip dari Reuters.

Rawat menyebut konflik lebih besar di area yang dipersengketakan berpotensi menjadi lebih besar.

Hal itu bahkan tidak dapat dihindari.

Baca Juga: Janji-janji AS Bertebaran di 5 Negara Asia, Saat Tiba di Indonesia Iming-iming Bakal Tingkatkan Investasi, Takut Kalah dari China?

"Dalam perhitungan keamanan secara keseluruhan, konfrontasi perbatasan, pelanggaran dan tindakan militer taktis yang tidak beralasan yang berkembang menjadi konflik yang lebih besar, tidak dapat diabaikan," katanya.

Delapan putaran pembicaraan

Melansir Times of India, tentara India dan China pada hari Jumat (6/11/2020) mengadakan putaran lain pembicaraan tingkat Komandan Korps.

Pertemuan tersebut bertujuan memetakan peta jalan untuk pelepasan pasukan dari semua titik nyala di Ladakh timur, kata sumber pemerintah.

Baca Juga: Hati-hati India! Brigade Artileri Medan China Punya Kemampuan Serangan Presisi Jarak Jauh

Putaran kedelapan pembicaraan militer tingkat tinggi itu dimulai sekitar pukul 09.30 waktu setempat di Chushul di sisi India dari Garis Kontrol Aktual (LAC) di Ladakh timur, kata sumber pemerintah.

Dalam beberapa hari terakhir, petinggi militer India mengadakan serangkaian pertemuan, di mana situasi keseluruhan di Ladakh timur ditinjau dan diputuskan untuk mendesak pelepasan pasukan secara komprehensif dalam pembicaraan dengan China.

Putaran ketujuh dari pembicaraan tingkat Komandan Korps telah berlangsung pada 12 Oktober lalu.

Saat itu China mendesak penarikan pasukan India dari sejumlah tempat strategis di sekitar tepi selatan danau Pangong.

Baca Juga: Dengan Sangat Yakin China Sebut Upaya AS PDKT dengan India Bakal Sia-sia meski Mereka Tergabung dalam Quad, Ada Apa?

Namun, India menyatakan bahwa proses pelepasan harus dimulai secara bersamaan di semua titik gesekan.

Hampir 50.000 tentara Angkatan Darat India saat ini dikerahkan dalam kondisi kesiapan tempur yang tinggi di berbagai lokasi pegunungan di Ladakh timur.

Mereka siaga dalam kondisi suhu di bawah nol derajat karena beberapa putaran pembicaraan antara kedua belah pihak belum menunjukkan hasil konkret untuk menyelesaikan perselisihan tersebut.

China juga telah mengerahkan jumlah pasukan yang sama, menurut para pejabat.

Baca Juga: Trump Gencar Sebarkan Paham Anti China Jelang Pilpres, Indonesia Jadi Pemberhentian Terakhir, India Dipepet Meski Sempat Dikatai 'Kotor'

Kebuntuan antara kedua belah pihak meletus pada awal Mei.

Pekan lalu, Menteri Luar Negeri S Jaishankar mengatakan hubungan antara India dan China telah berada di bawah "tekanan berat" dan bahwa perjanjian yang ditandatangani oleh kedua belah pihak tentang pengelolaan perbatasan harus dihormati "dengan hati-hati" dalam "keseluruhan" untuk memulihkan keadaan normal.

Delegasi India pada putaran kedelapan pembicaraan militer dipimpin oleh Letjen PGK Menon, Komandan Korps 14 yang berbasis di Leh yang baru diangkat.

Pada perundingan putaran ketujuh, kedua belah pihak sepakat untuk memelihara dialog dan komunikasi melalui saluran militer dan diplomatik untuk mencapai solusi yang dapat diterima bersama untuk pelepasan "sedini mungkin".

Baca Juga: China Mengemis agar India Kembalikan Tentaranya, Klaim Anggota PLA yang Ditangkap Tersesat Saat Bantu Penggembala Lokal

India selama ini bersikeras bahwa tanggung jawab ada pada China untuk melanjutkan proses pelepasan dan penurunan ketegangan di titik-titik gesekan perang di wilayah pegunungan.

Setelah putaran keenam pembicaraan militer, kedua belah pihak mengumumkan serangkaian keputusan termasuk tidak mengirim lebih banyak pasukan ke garis depan, menahan diri untuk tidak mengubah situasi di lapangan secara sepihak dan menghindari mengambil tindakan apa pun yang dapat memperumit masalah.

Putaran keenam diadakan dengan agenda khusus untuk mengeksplorasi cara-cara mengimplementasikan kesepakatan lima poin yang dicapai antara Jaishankar dan mitranya dari China Wang Yi pada pertemuan di Moskow pada 10 September di sela-sela konklaf Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO).

Baca Juga: Balas Dendam, Militer India Semakin Pecundangi China dengan Gelar Latihan Perang Besar-besaran Bersama Jepang. Australia dan AS

Pakta tersebut mencakup langkah-langkah seperti pelepasan pasukan secara cepat, menghindari tindakan yang dapat meningkatkan ketegangan, kepatuhan terhadap semua perjanjian dan protokol tentang manajemen perbatasan dan langkah-langkah untuk memulihkan perdamaian di sepanjang Garis Kontrol Aktual. (*)

Tag

Editor : Rifka Amalia

Sumber Reuters, Times of India