Sosok.ID - Ketegangan antara dua negara tetangga China dan Taiwan dikabarkan semakin meruncing dan diambang peperangan.
Bahkan pihak militer Taiwan menyatakan memiliki hak bela diri untuk membalas intimidasi yang juga disebut mereka sebagai sebuah pelecehan kedaulatan.
Bela diri yang dimaksudkan oleh pihak Taipei adalah dengan menembak pesawat tempur China yang melintas di wilayah mereka tanpa izin.
Pernyataan tersebut dikeluarkan oleh Kementerian Pertahanan Taiwan pada Senin (21/9/2020).
Baca Juga: Persiapan Sudah Matang Tinggal Eksekusi, China Akan Serbu Taiwan Tanggal 3 November 2020
Pernyataan yang dikeluarkan tersebut adalah tindak lanjut dari rangkaian intimidasi yang dilakukan oleh pemerintahan Xi Jinping kepada Taiwan dalam beberapa waktu ini.
Rangkaian ancaman tersebut bahkan juga menyasar pada pribadi Presiden Taiwan sendiri, Tsai Ing-wen.
Presiden perempuan pertama Taiwan tersebut dikabarkan akan dilenyapkan oleh pihak China.
Hal itu diungkap langsung oleh media-media asal negeri Tirai Bambu belum lama ini.
Sebuah media China melontarkan peringatan kepada Presiden Taiwan Tsai Ing-wen, di mana dia bakal "dimusnahkan" jika berani melanggar UU Anti Pemisahan Diri.
Global Times, tabloid yang berafliasi dengan People's Daily milik Partai Komunis China menyatakan Beijing juga tak segan menyatakan perang.
Ancaman tersebut dilontarkan oleh Hu Xijin, yang merupakan pemimpin redaksi di sana.
Apa yang diungkap oleh Xijin disebutnya sebagai reaksi atas kabar Taiwan hendak melanggar UU Anti Pemisahan Diri.
Dalam tulisannya, Hu mengatakan Presiden Tsai Ing-wen sudah "bermain dengan api" ketika menerima kunjungan pejabat Amerika Serikat (AS).
"Tsai, yang menjalin hubungan erat dengan pejabat luar negeri AS melalui acara makan malam jelas sudah bermain api," kata Hu.
"Jika sampai mereka memprovokasi dengan melakukan pelanggaran, maka perang bakal terjadi dan dia akan dimusnahkan," lanjutnya.
Melansir dari Daily Express, Minggu (20/9/2020), Xijin mengatakan dalam pandangannya Tiongkok sedang mempersiapkan kekuatan.
Persiapan tersebut terkait rencana perebutan pulau yang kini menjadi sebuah negara yang bernama Taiwan.
"saya yakin dengan kemampuan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) dalam merebut pulau itu, sehingga mereka harus berlatih dahulu," ulasnya.
Pandangan mengenai persiapan penyerangan itupun dilihat sejalan dengan intensitas penerbangan pesawat tempur China di teritori Taiwan.
Termasuk saat unjuk kekuatan pesawat pembom China pada hari Sabtu (19/9/2020) kemarin.
Sejumlah jet tempur China terbang melintasi garis tengah Selat Taiwan dan masuk ke zona identifikasi pertahanan udara pulau itu pada Jumat (18/9/2020) dan Sabtu (19/9/2020).
Aksi China tersebut mendorong Taiwan mengerahkan jet tempurnya untuk mengusir jet tempur Negeri "Panda" tersebut.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menyebut China sebagai ancaman bagi wilayah tersebut.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan bahwa pihaknya telah "mendefinisikan dengan jelas" prosedur penanggapan di tengah "gangguan frekuensi tinggi dan ancaman dari kapal perang dan pesawat musuh tahun ini".
Baca Juga: Taiwan Siapkan Rudal Pertahanan Udara dengan Target 18 Jet Tempur China
Pihaknya menambahkan Taiwan memiliki hak untuk "membela diri dan melawan serangan".
“Taiwan tidak akan memprovokasi tetapi juga tidak takut pada musuh,” tambah Kementerian Pertahanan Taiwan.
Bulan ini, China mengadakan serangkaian latihan militer berskala besar di dekat Taiwan.
Taipei menyebut latihan militer China tersebut sebagai sebuah provokasi yang serius.
Sedangkan China mengatakan latihannya tersebut adalah sebagai bentuk kebutuhan untuk melindungi kedaulatannya.
(*)