Makin Nekat, Perang AS vs China Ingin Libatkan Indonesia Jadi Basis Militer, Menlu Retno Marsudi Ngamuk: Tidak Akan dan Tidak Dapat Jadi Basis Negara Mana pun!

Sabtu, 05 September 2020 | 14:00
Kolase CCTV/Kemenlu

Makin Nekat, Perang AS vs China Ingin Libatkan Indonesia Jadi Basis Militer, Menlu Retno Marsudi Ngamuk: Tidak Akan dan Tidak Dapat Jadi Basis Negara Mana pun!

Sosok.ID - Ketegangan antar dua negara berkekuatan militer besar, China dan Amerika Serikat (AS) kian meruncing.

Bahkan secara blak-blakan kedua negara kini tengah berusaha berebut simpati.

Tak hanya berebut simpati dari berbagai negara, keduanya juga sedang mencari basis militer.

Basis militer atau pangkalan tentara di wilayah negara lain tersebut diproyeksikan untuk bisa menjadi kekuatan tambahan bila pecah perang.

Baca Juga: Bikin Pentagon Kepikiran, Angkatan Laut China Jadi yang Terbesar di Dunia, AS Yakin Pembaruan Rudal dan Nuklir PLA Bukan untuk Main-main!

Kabar terbaru pun mencuat saat nama Indonesia dikait-kaitkan untuk jadi basis militer salah satu negara yang sedang berkonflik tersebut.

Departemen Pertahanan AS baru-baru ini pun mengungkapkan kekuatan lawannya yang sedang mencari bantuan dari negara lain.

Bahkan secara gamblang AS mengatakan militer China kini sedang mencari pengaruh di wilayah Asia Tenggara, Afrika dan Timur Tengah demi memerangi AS.

Pentagon pun mengatakan bahwa kini China sedang berusaha mendekati negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) untuk bisa jadi pangkalan militer mereka.

Baca Juga: China Beri Peringatan Kepada Negara Asia Tenggara Agar Jangan Dukung Amerika Jika Tak Mau Terima Akibatnya

(Kemlu)
(Kemlu)

Menlu Retno LP Marsudi

Negara yang diproyeksi jadi basis militer Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China di ASEAN antara lain, Indonesia, Myanmar, Thailand dan Singapura.

Selain itu, ada beberapa negara lain di sekitar Laut China Selatan yang juga jadi sasaran China untuk membangun kekuatan militer.

“China sedang berusaha untuk menyiapkan logistik yang lebih kuat di sekitar selusin negara, termasuk tiga di lingkungan India, untuk memungkinkan tentaranya memproyeksikan dan mempertahankan kekuatannya pada jarak yang lebih jauh,” demikian laporan tersebut, yang dikutip dari Nikkei Asian Review, Kamis (3/09/2020).

Baca Juga: Dituding AS Punya Kekuatan Militer Lebih Unggul dan Mengancam, China Ngaku Hanya Difitnah

Bocoran pembangunan pangkalan militer China tersebut terdapat pada laporan tahunan Pentagon 2020 yang berjudul “Military and Security Developments Involving the People’s Republic of China (PRC)” yang diserahkan ke Kongres AS pada hari Selasa, Pentagon mengatakan fasilitas logistik militer China yang potensial ini merupakan tambahan dari pangkalan militer China di Djibouti, yang ditujukan untuk mendukung proyeksi Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Angkatan Darat Beijing.

“Jaringan logistik militer PLA global dapat mengganggu operasi militer AS dan mendukung operasi ofensif terhadap Amerika Serikat ketika tujuan militer global RRC (Republik Rakyat China) berkembang,” lanjut laporan Pentagon.

Mendengar isu nama Indonesia dicatut dalam rencana militer besar China dan AS yang berkonflik tersebut membuat Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi geram.

Baca Juga: Pihak China Nyatakan Tak Ada Pasukan Khusus India yang Tewas di Tangan Beijing

CCTV
CCTV

Bisa Didarati Pesawat Pembom, Ini Dia Pangkalan Militer Modern Milik China di Pasifik, Hanya Berjarak 651 Km dari Wilayah Kedaulatan Indonesia

Menlu Retno pun secara tegas mengatakan bahwa Indonesia tidak akan menjadi pangkalan militer negara mana pun, termasuk China.

"Wilayah Indonesia tidak dapat dan tidak akan dijadikan basis atau pangkalan maupun fasilitas militer bagi negara mana pun," kata Retno melalui telekonferensi, Jumat (4/9/2020) yang dikutip dari Kompas.com.

Baca Juga: Perekonomian India Bakal Ambruk Jika Membiayai Perang Melawan China

Melansir dari Kompas TV, rencana kedua negara untuk berebut pengaruh dari berbagai negara memang sedang gencar dilakukan.

Bahkan AS secara terang-terangan telah menabuh genderang perang melawan Beijing beberapa waktu terakhir. (*)

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber : Kompas.com, Kompas TV, Nikkei Asian Review

Baca Lainnya