Blunder? Mahfud MD Keceplosan Sebut Pemerintah Gamang Saat Tangani Pandemi Covid-19, Menkopolhukam: Tampak Gamang Itu Wajar...

Senin, 24 Agustus 2020 | 11:00
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Blunder? AMahfud MD Keceplosan Sebut Pemerintah Gamang Saat Tangani Pandemi Covid-19, Menkopolhukam: Tampak Gamang Itu Wajar...

Sosok.ID - Sebuah pernyataan mengejutkan dikemukakan oleh salah satu pembantu Presiden Jokowi di Kabinet Indonesia Maju belum lama ini.

Pernyataan mengejutkan tersebut diungkap oleh Menteri Koordinasi Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD.

Mahfud MD baru-baru ini mengakui tindakan pemerintah dalam menangani pandemi virus corona (covid-19) seperti terkesan berubah-ubah.

Pandangan mengenai cara pemerintah Indonesia menangani virus corona yang menyebar cukup cepat tersebut dikabarkan memang berubah-ubah.

Baca Juga: Sri Mulyani Kaget! Tak Semua Menteri Punya Pemikiran yang Sama Dengannya: Banyak yang Tak Paham Birokrasi, Kami Bekerja Gila-gilaan!

Ungkapan tersebut tak disanggah oleh mantan Pemimpin Mahkamah Konstitusi tersebut.

Justru Mahfud pun mengakui adanya kegamangan dari pihak pemerintah pusat dalam caranya menangani covid-19.

Mahfud pun tak menyangkal bahwa kebijakan pemerintah terkait pandemi ini berulang kali berubah.

Hal tersebut diungkapkannya karena perkembangan virus itu sendiri.

Baca Juga: Polisi Bekuk Buron yang Tantang Pandemi dan Hina Instansi, Pelaku merupakan Anak Jalanan: Jangankan Corona, Polisi pun Saya Makan!

"Memang tampak gamang," kata Mahfud saat menghadiri rilis survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) tentang kondisi demokrasi Indonesia di masa Covid-19 secara virtual, Minggu (23/8/2020), yang dikutip dari Kompas.com.

Kegamangan pemerintah pusat dalam menangani Covid-19 itu disebut Mahfud bukan karena disengaja.

Bahkan Mahfud pun menambahkan, pemerintah pusat justru bergerak dengan berpedoman pada data yang dihimpun.

"Watak Covid-19 itu memang setiap hari berubah beritanya. Sehingga kalau pemerintah tampak selalu berubah-ubah, apa enggak pakai data? Pakai, pakai data," tuturnya.

Baca Juga: Angkat Jempol untuk Kebijakan Jokowi Tak Terapkan Lockdown, Erick Thohir Heran Media Asing Hobi Jelekkan Penanganan Corona di Indonesia: Lucu Kalo Kita Disebut Gatot

Mahfud menungkapkan bahwa kebijakan yang diambil oleh pemerintah tersebut justru bukan karena ketidaksiapan atau kurangnya data.

Justru perubahan tindakan yang diambil oleh pemerintah tersebut sesuai dengan data yang dimiliki oleh pemerintah.

Misalnya, saat hendak menerapkan new normal, pemerintah mempertimbangkan empat data terkait Covid-19.

Data yang digunakan adalah milik Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

Baca Juga: Iseng Jual Kotoran Singa untuk Bertahan Hidup di Tengah Pandemi, Tak Disangka Bisnis Baru Kelompok Sirkus Ini Malah Untung Besar, Dagangannya Ternyata Punya Manfaat Luar Biasa

Selain itu, lanjut Mahfud, pemerintah tampak gamang karena sikap masyarakat terhadap pandemi Covid-19 juga berbeda-beda.

Dalam menyikapi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) misalnya, ada yang menilai hal itu penting, ada pula yang sebaliknya.

Di awal masa pandemi, ada dokter yang mengatakan bahwa Covid-19 penyakit biasa, ada pula yang mengatakan berbahaya.

"Jadi kalau tampak gamang pemerintahnya itu ya wajar saja. Tapi keputusannya tetap berdasar data," ujar Mahfud.

Baca Juga: Sri Mulyani Kenang Sosok Jokowi yang Pernah Ubah Krisis 1998 Jadi Berkah dan Sebut Krisis Akibat Pandemi Bisa Diatasi Bersama

Mahfud pun mengklaim bahwa pemerintah tak pernah asal-asalan dalam menangani pandemi Covid-19.

Di awal masa pandemi, rapat kabinet digelar sangat intensif setiap hari, bahkan dua hingga tiga kali dalam sehari.

Oleh karena itu, Mahfud tak heran mesti terlihat plin-plan, kepercayaan rakyat pada pemerintah dalam menangani pandemi masih sangat tinggi.

"Pada umumnya masyarakat yang waras itu memberi kepercayaan ya memang itu yang dilakukan," ujar Mahfud.

Baca Juga: Jumawa Karena Nol Kasus Covid-19, Vietnam Kini Diambang Ledakan Virus Corona

"Karena di masyarakat itu kan memang ada yang selalu dilakukan oleh pemerintah itu salah itu ada kelompok masyarakat yang seperti itu, begini salah begitu salah. Sehingga pemerintah itu dihadapkan pada situasi yang dilematis," tutur dia.

Mengutip dari Kompas.com, menurut survei lembaga penelitian Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) menemukan tingkat kepercayaan masyarakat pada pemerintah masih tinggi.

Hal tersebut didasari oleh pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi diyakini mampu membawa Indonesia keluar dari krisis ekonomi akibat pandemi.

Baca Juga: Misi Masa Depan, Bukannya Menenteng Senpi, Prajurit TNI di Perbatasan Kini Bersenjatakan Papan Tulis dan Spidol di Tengah Pandemi, Ternyata Demi Masa Depan Bangsa!

Hal ini disampaikan oleh Pendiri SMRC, Saiful Mujani, saat merilis survei tentang kondisi demokrasi Indonesia di masa Covid-19, Minggu (23/8/2020).

"Sebanyak 73 persen yang percaya bahwa pemerintah dalam hal ini Presiden bisa memimpin keluar dari krisis ekonomi akibat dari Covid tersebut," kata Saiful.

Sementara itu, responden yang kurang percaya terhadap kemampuan Presiden untuk membawa negara keluar dari krisis sebesar 21 persen. (*)

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber : Kompas.com, YouTube

Baca Lainnya