Sosok.ID - ISIS, memang menjadi momok mengerikan untuk kawasan sekitar Irak dan Suriah beberapa waktu silam.
Bahkan pada tahun 2014, dimana serangkaian serangan dan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok bersenjata tersebut sempat meresahkan banyak negara.
Pasalnya ISIS pada waktu itu telah mampu menguasai wilayah-wilayah penting di Suriah dan Irak, termasuk markas sekolah militer milik Irak di Tikrit.
Di kota kelahiran Saddam Hussein yang merupakan pemimpin Irak terlama tersebut menyisakan kenangan yang tak bisa dilupakan oleh pria ini.
Ali Hussein Kadhim, adalah satu-satunya pemuda yang menjadi saksi mata sekaligus satu-satunya sosok yang lolos dari maut kala ISIS menyerang kota tersebut.
Bagaimana tidak, ia adalah satu-satunya taruna dari 1.700 taruna lain yang masih bisa hidup meski telah dieksekusi mati.
Peristiwa pembantaian itupun membuatnya terbayang-bayang sampai sekarang.
"Saya tidak pernah melupakan peristiwa ini," kata Kadhim kepada BBC.
Pengalaman kelam yang dialami oleh Kadhim ini bermula ketika ekonomi keluarganya menurun drastis.
Ia pun harus bekerja mencari penghasilan yang cukup untuk menghidupi keluarganya di rumah.
Namun karena sedang melakukan pemulihan selepas apa yang terjadi di negara tersebut maka sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan.
Satu-satunya yang bisa membantu Kadhim untuk dapat penghasilan yang memadahi adalah masuk ke dunia militer sebagai tentara.
"Tidak ada pekerjaan lain yang bisa mencukupi kebutuhan keluarga," kata Kadhim.
Ia yang tinggal di sebuah daerah bernama Al Diwaniyah yang terletak di sebelah Selatan Baghdad.
Dan saat diterima menjadi taruna tentara, tanpa pikir panjang ia langsung berangkat ke Tikrit untuk masuk asrama militer Speicher.
Baru berjalan 12 hari di kamp tentara, kejadian mengerikan terjadi di kota tersebut saat ISIS masuk dan membantai semua yang mereka temui.
Milisi ISIS mendatangi kota dan menguasai kota ini, mereka menuju akademi militer Speicher.
Melihat ISIS menguasai kota sepenuhnya, para komandan militer di Speicher menyelamatkan diri.
Ditinggal para komandan dan perwira membuat ribuan taruna ini harus mempertahankan diri sendiri, padahal mereka baru beberapa hari masuk sekolah militer.
Tindakan pertama yang dilakukan ISIS adalah meminta semua taruna meninggalkan akademi dan menanggalkan seragam tentara.
"Kami berjalan beriringan seperti warga biasa, warga sipil," kata Kadhim mengenang.
Kepada para taruna ini, beberapa milisi ISIS mengatakan, "Selamat datang. [Jangan takut], kami memang pegang senjata, tapi kami tak akan mencederaimu."
"Tenang saja, kami hanya membawamu ke istana presiden. Di situ kamu akan disumpah untuk tidak pernah lagi menjadi tentara," kata beberapa milisi ISIS.
Kadhim mengatakan beberapa komandan ISIS pernah menjadi bagian dari rezim Saddam Hussein.
Suatu hari para taruna termasuk Kadhim tersebut dijejerkan untuk dieksekusi mati sebagai bukti kekejaman ISIS.
Seorang milisi mengatakan, "Kami akan melakukan balas dendam untuk Saddam Hussein. Kamu semuanya akan kami bantai."
Terdengar tembakan pertama. Tembakan kedua. Ketika tembakan ketiga menyalak, darah segar terciprat ke badan Kadhim.
"Saya bisa merasakan darah itu hangat," kata Kadhim.
Alangkah terkejutnya saat tembakan keempat meletus dan meledak dengan sasaran tubuhnya.
Namun keajaiban terjadi, meski mendengar tembakan yang mengarah ke dirinya ternyata tidak membuatnya mati seketika.
Sang eksekutor mendekat dan menendang badan Kadhim.
"Orang ini masih bernapas," kata eksekutor.
"Ia masih hidup, ia masih bernapas," teriaknya.
Namun komandan eksekutor mengatakan, "Biarkan saja..."
"Biarkan ia menderita, biarkan dia mati kehabisan darah," kata komandan ISIS.
Dengan pura-pura meninggal di dekat hampir 1.700 korban yang lain membuat Kadhim tak bisa melupakan keajaiban yang ia alami tersebut. (*)