Waspada! China Kembali Laporkan Ada Virus Baru Berpotensi Pandemi, Peneliti: Perlu Siaga, Vaksin yang Ada Tidak Membantu

Selasa, 30 Juni 2020 | 18:45
Freepict.com

Sebanyak 10 Persen Pekerja di Industri Babi, Telah Terinfeksi Flu Babi Jenis G4 di China

Sosok.ID - Sebuah penelitian melaporkan penemuan jenis virus influenza baru pada babi di rumah jagal China.

Jenis baru ini adalah kombinasi dari flu burung dan virus yang menyebabkan pandemi flu babi di tahun 2009.

Peneliti mencatat adanya potensi pandemi dari virus yang ditemukan.

Saat ini belum ada bukti flu babi jenis baru tersebut mampu menular antar manusia.

Baca Juga: Covid-19 Masih Belum Kelar, Kini Muncul Lagi Virus Baru di China, Ditemukan pada Babi yang Berpotensi Menular ke Manusia hingga Picu Pandemi

Namun peneliti mengatakan bahwa lompatan semacam itu sangat mungkin terjadi, mengingat di awal penemuannya, virus corona pun sempat diklaim tidak dapat menular antar manusia.

Melansir Business Insider, hewan Babi mampu menjadi cadangan untuk jenis flu baru.

Selama satu dekade sejak, penelitian terhadap babi di China telah menunjukkan adanya jenis virus influenza baru yang berpotensi membahayakan.

Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan jurnal Proceedings of National Academy of Sciences, dijelaskan bahwa strain flu tersebut berbagi gen dengan strain H1N1 penyebab pandemi flu babi 2009.

Baca Juga: Rumor Kematian Kim Jong Un Kembali Mencuat, Jepang Klaim sang Diktaktor Korea Utara Mungkin Sudah Tumbang karena Pandemi Virus Corona

Adapun strain flu baru ini dinamai G4 EA H1N1. Ilmuwan menemukan, virus ini merupakan kombinasi dari tiga jenis flu.

Pertama dari burung Eropa dan Asia, jenis flu yang menyebabkan wabah flu babi 2009.

Kemudian flu Amerika Utara yang memiliki gen dari unggas, manusia, dan virus flu babi.

Jika bermutasi dan melonjak ke manusia, virus tersebut diprediksi bakal memunculkan ketegangan besar di samping pandemi Covid-19 yang hingga kini masih belum teratasi.

Baca Juga: Australia Berniat Kucurkan Dana Rp 61 Miliar untuk Pemulihan Virus Corona di Indonesia, Kenapa?

Jenis flu babi baru

Pandemi H1N1 2009 disebabkan oleh virus influenza A yang muncul dari babi.

Hewan-hewan dapat berfungsi sebagai reservoir untuk penyakit menular, karena mereka dapat terinfeksi oleh burung, babi, dan strain influenza manusia.

Ketika beberapa jenis influenza menginfeksi babi yang sama, virus dapat bertukar dan mengganti gen, suatu proses yang dikenal sebagai "reassortment," yang mengarah pada penciptaan penyakit baru.

Baca Juga: Tegas! Jokowi Beri Waktu 2 Minggu untuk Khofifah Kendalikan Laju Infeksi,Jatim Jadi Provinsi dengan Kematian Corona Tertinggi Kedua di Indonesia

Tim peneliti Tiongkok yang melakukan penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis virus yang berpotensi berbahaya, yang belum pernah dilihat sebelumnya pada babi.

Para peneliti telah mengumpulkan strain-strain baru dari babi sejak 2011 hingga 2018.

Dimana sekira 30.000 swab telah dilakukan pada babi-babi di rumah jagal 10 provinsi China, termasuk rumah sakit hewan.

Hasilnya ditemukan 179 jenis flu babi. Tetapi, strain flu baru G4 EA H1N1 jauh lebih menonjol.

Sejak 2016, mayoritas jenis baru itu sudah dominan berada pada babi-babi tersebut.

Ini merupakan "genotipe dominan dalam sirkulasi pada babi yang terdeteksi di setidaknya 10 provinsi," tulis penelitian.

AFP mewartakan, hasil tes antibodi menunjukkan bahwa sebanyak 10,4 persen pekerja di industri babi sudah terinfeksi.

Hasil tes pun menunjukkan 4,4 persen populasi umum tampaknya juga telah terpapar.

Baca Juga: Makin Mematikan, Strain Agresif Covid-19 Memunculkan Mutasi Langka yang Mengancam Perkembangan Vaksin Virus Corona

Mengutip Business Insider, disebutkan bahwa kekebalan dari flu musiman tidak bakal membantu untuk G4.

Peniliti menambahkan bahwa penanganan virus itu "berbeda dari jenis vaksin influenza manusia yang ada saat ini, menunjukkan bahwa kekebalan dari vaksin influenza yang sudah ada sebelumnya tidak dapat memberikan perlindungan."

Dalam menguji virus di laboratorium, peneliti menemukan bahwa virus itu bereproduksi dalam sistem pernapasan dan dapat menyebar di antara hewan melalui partikel udara kecil.

Uji coba ini juga dilakukan pada ferret, sejenis musang yang kerap digunakan sebagai objek studi.

Baca Juga: Jangan Salah Kaprah! Hantavirus di China Bukan Virus Baru dan Sudah Ditemukan Sejak 1989, Namun Adakah Obatnya?

Ferret sendiri memiliki gejala flu yang mirip manusia, seperti demam, batuk, dan bersin.

"Mengontrol virus G4 EA H1N1 yang berlaku pada babi dan memonitor populasi manusia, terutama para pekerja di industri Swedia, harus segera diimplementasikan," tulis para peneliti.

Ancaman pandemi flu babi baru

H1N1 muncul pada akhir 2008 dan menginfeksi sekitar 60,8 juta orang di AS hingga 2010.

Perkiraan kematian global akibat H1N1 berkisar antara 151.700 hingga 575.400 jiwa.

Tetapi H1N1 berbeda dari wabah influenza lainnya karena 80% kematian terkait virus terjadi pada orang yang berusia kurang dari 65 tahun (antara 70% dan 90% kematian akibat wabah influenza biasanya terjadi pada mereka yang berusia lebih dari 65 tahun).

Secara total, para ilmuwan berpikir mamalia dan burung di seluruh dunia menampung sekitar 1,7 juta jenis virus yang belum ditemukan.

Baca Juga: Belum Usai Covid-19 Muncul Epidemi Locust-19, 30 Juta Penduduk Diprediksi Bakal Terdampak Hal Mengerikan Akibat Wabah yang Kian Meluas di Tengah Virus Corona

Virus pada burung, kelelawar, dan babi, menjadi salah satu yang sangat berisiko bagi manusia.

Sementara China memiliki populasi babi terbesar di dunia, yakni sekitar 310 juta, menurut Statista.

"Pengawasan sistematis virus influenza pada babi sangat penting untuk peringatan dini dan kesiapsiagaan menghadapi potensi pandemi berikutnya," tulis peneliti.

Peneliti juga menemukan bahwa porsi babi yang diteliti memiliki penyakit meningkat seiring waktu.

Jumlah tersebut naik dari 1,4% pada 2011 menjadi 8,2% pada 2018, dengan peningkatan tajam setelah 2014. (*)

Editor : Rifka Amalia

Sumber : AFP, Business Insider

Baca Lainnya