Banyak Milenial Muda Diangkat Jadi Petinggi, Adian Napitupulu Merasa Janggal: Ada yang Pernah Deklarasi Erick Thohir for President, Sekarang Jadi Komisaris BUMN

Kamis, 25 Juni 2020 | 18:42
Tribunnews.com

Menteri BUMN Erick Thohir

Sosok.ID - Politisi PDI-P Adian Napitupulu, mengutarakan kritiknya kepada kementrian BUMN di forum Satu Meja Kompas TV, Rabu (24/6/2020) malam.

Dalam acara tersebut, tema yang diangkat yakni mengenai utak-atik direksi dan komisaris BUMN di bawah Menteri BUMN Erick Thohir.

Seperti diketahui, belakangan Erick Thohir kerap melakukan perombakan petinggi BUMN.

Setiap kali ada pergantian, Erick Thohir mengaku telah berkonsultasi terlebih dahulu dengan kementerian terkait.

Baca Juga: Petinggi BUMN Berkinerja Buruk Auto Pecat, Erick Tohir Ngaku Tak Takut Diancam: Loyalitas Saya Jelas ke Presiden

Ia bahkan menyebut tak takut jika mendapat ancaman dalam pemilihan atau pencopotan direksi BUMN.

Menurutnya, pejabat BUMN yang dilengserkan yakni mereka yang tidak bekerja dengan baik.

Sementara yang masih memenuhi Key Performance Indicator (KPI), tetap dipertahankan jabatannya.

Melansir Kompas.com, dalam acara yang dipandu wartawan senior Budiman Tanuredjo di forum Satu Meja, Adian menyebut penunjukan sejumlah pimpinan BUMN dirasa kurang pas.

Baca Juga: Dengar Menteri BUMN Bicara Soal Karakter Pejabat, Aa Gym Ngaku Salut Sampai Panggil Erick Tohir Ustaz: Saya Sangat Tersengat

Contohnya Irfan Setiaputra yang ditunjuk menjadi Dirut Garuda Indonesia. Padahal Irfan lebih banyak dikenal sebagai CEO perusahaan tambang.

Latar belakang yang tidak berkaitan dengan maskapai penerbangan itu membuat Adian ragu dengan cara pemilihan Erick Thohir.

Ia khawatir Irfan tak bakal membuat maskapai Garuda Indonesia mengalami kemajuan di tengah pandemi seperti ini.

"Kalau saya tidak percaya. Ini bukan situasi normal. Bos perusahaan perkebunan saja butuh adaptasi kalau pindah ke perusahaan perkebunan lain," kata Adian.

Baca Juga: Bikin Geger, Erick Thohir Tiba-tiba Tunjuk Pemuda 34 Tahun Jadi Direktur Telkom, Ternyata Ini Alasan Menteri BUMN!

Namun Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga membantah keragu-raguan Adian.

Arya mengatakan, pengalaman Irfan menjadi CEO perusahaan besar cukup dapat membantu maskapai Garuda Indonesia.

Terlebih menurutnya, Garuda tidak hanya mempersoalkan masalah teknis maskapai penerbangan.

Ada hal-hal lain di luar itu yang juga butuh ditangani, seperti masalah keuangan dan utang.

"CEO itu level tinggi, di tempat apa pun dia layak," kata Arya.

Baca Juga: Biaya Pengobatan Pasien Covid-19 Hampir Rp 300 Juta, Begini Saran Erick Thohir Agar Indonesia Terlepas dari Pandemi

"Kalau enggak, bisa mampus nih Garuda," lanjutnya.

Dalam kesepatan itu pula, Adian menyoroti adanya relawan yang sempat mendeklarasikan Erick Thohir untuk menjadi presiden Indonesia.

Kini, menurut Adian, relawan yang berasal dari golongan milenial yang tak ia sebutkan namanya itu telah diangkat menjadi Komisaris BUMN.

“Ada satu lagi yang sedang diidentifikasi, milenial ini pernah deklarasi Erick Thohir for president. Kemudian, beberapa hari kemudian dia diangkat jadi komisaris. Apa iya alat ukurnya deklarasi presiden baru diangkat jadi komisaris?” ujar Adian.

Baca Juga: Angkat Bicara Tentang Masa Lalu, Erick Thohir Sebut dari Kecil Bercita-cita Jadi Orang Kaya Gegara Ingin Bantu Orang Banyak

Tak hanya itu, Adian mengungkapkan ada pula orang dari luar partai koalisi pemerintahan Presiden Jokowi - Ma'ruf Amin yang diangkat Erick Thohir.

“Contoh lain, di PTPN XIV yang menggantikan (posisi komisaris) orang partai juga. (Tapi) bukan (dari) partai pendukung koalisi, (di) PTPN VII yang menggantikan juga bukan partai pendukung koalisi. Ini partai yang bukan pendukung koalisi pemerintah yang menggantikan,” kata dia.

Padahal menurutnya, masih banyak orang di koalisi partai dengan kemampuan yang justru lebih baik untuk menduduki jabatan petinggi BUMN.

Adian lantas mempertanyakan langkah-langkah yang diambil Erick Thohir.

Baca Juga: Kenekatan Raffi Ahmad Saat Bongkar Isi Tas Menteri BUMN Erick Thohir, Ada Barang yang Bikin Raffi Syok: Selalu Ingat Nama-nama Keagungan Allah

“Kalau sama-sama berangkat dari partai politik. Kalau kemudian ada yang harus didahulukan, diadu kompetensinya, diadu keberpihakan politiknya. Kenapa? Karena presiden harus memastikan programnya berjalan sampai ke bawah. Siapa yang bisa menjalankan, dia adalah orang yang setuju terhadap ide-ide dari presiden,” ucapnya.

Adapun para milenial yang masuk dalam jajaran petinggi BUMN yakni Muhamad Fajrin Rasyid sebagai Direktur Digital PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.

Fajrin merupakan Co-Founder dan Presiden Direktur Bukalapak yang saat ini masih berusia 33 tahun.

Selanjutnya Fadli Rahman, pria kelahiran 5 Juli 1986 yang kini menjabat sebagai Komisaris PT Pertamina Hulu Energi (subholding Pertamina) sejak tanggal 20 Januari 2020.

Baca Juga: Ogah Ambil Pusing, Erick Thohir Akan Sulap Hotel BUMN Jadi Rumah Sakit Khusus Virus Corona, Ini Hotelnya!

Ada pula Septian Hario Seto yang kini berusia 36 tahun, diangkat menjadi Komisaris BNI.

Septian sebelumnya menjabat sebagai Staff Khusus Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (2018-2020) Luhut Binsar Panjaitan, Plt. Deputi Bidang Koordinator Investasi dan Pertambangan (2020).

Milenial lain di petinggi BUMN adalah Adrian Zakhary yang menjadi Komisaris PTPN VIII yang lahir pada 3 Februari 1987.

Kemudian Graha Yudha Andarano Putra Pratama, pria muda berusia 33 tahun yang bahkan sempat menduduki jabatan tiga komisaris sekaligus di lingkungan BUMN, serta menjadi orang penting di Istana Kepresidenan.

Baca Juga: Berkali-kali Buka Lowongan Kerja, Perusahaan Milik BUMN Ini Ternyata Hanya Punya 7 Karyawan, Dapat Suntikan Modal Dari Pemerintah Rp 3,76 Triliun Hingga Menkeu Bingung

Menyadur Kontan via Kompas.com, Graha Yudha sempat merangkap tiga jabatan komisaris di Grup BUMN. Yakni di PT PP Presisi Tbk, PT Waskita Toll Road dan satu lagi perusahaan afiliasi PT Industri Kereta Api Indonesia (Inka), yakni PT Inka Multi Solusi Trading (IMST).

Namun Juru Bicara Kementerian BUMN Arya Sinulingga menyebut Graha Yudha hanya menjadi komisaris di 1 BUMN saja, bukan merangkap di 3 perusahaan.

Terakhir, ada M. Arief Rosyid Hasan yang lahir pada 4 September 1986, yang kini menjadi Komisaris Independen Bank Mandiri Syariah., anak usaha BUMN. (*)

Editor : Rifka Amalia

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya