Sosok.ID - Stockholm International Peace Research Institute pada hari Senin (15/6/2020) merilis sebuah laporan yang bisa menjadi perhatian bagi banyak negara.
Laporan tersebut berkaitan dengan China yang disebut sebagai salah satu dari enam negara yang meningkatkan senjata nuklirnya dalam setahun terakhir.
Terhitung sejak tahun 2019 kemarin, China telah menambahkan 39 hulu ledak nuklir.
Sedang lima negara lain yang disebut meningkatkan persenjataan hulu ledak lain yakni India, Inggris, Pakistan, Israel, dan Korea Utara, demikian yang disebut oleh South China Morning Post.
"China berada di tengah modernisasi dan perluasan arsenal yang signifikan, dan India dan Pakistan juga dianggap meningkatkan ukuran persenjataan nuklir mereka," kata laporan itu.
Padahal pada waktu ini, dunia telah mengurangi banyak potensi hulu ledak nuklir setelah perjanjian yang dilakukan dua negara pemilik kekuatan nuklir terbesar, Amerika Serikat (AS) dan Rusia.
Penurunan tersebut seperti yang dikutip dari South China Morning Post adalah karena pembongkaran senjata-senjata tua milik kedua negaara itu.
"Pada saat yang sama, baik AS dan Rusia memiliki program yang luas dan mahal yang sedang berlangsung untuk mengganti dan memodernisasi hulu ledak nuklir, sistem pengiriman rudal dan pesawat, dan fasilitas produksi senjata nuklir mereka," kata laporan itu.
Menurut laporan dari kantor berita yang sama, AS memiliki 1.750 hulu ledak yang ditempatkan di rudal atau pangkalan dengan pasukan operasional.
Sedang sebanyak 4.050 hulu ledak cadangan adalah pensiunan dari hulu ledak di senjata tua yang menunggu untuk dibongkar.
Rusia sendiri memiliki 1.570 hulu ledak yang dikerahkan dan 4.805 lainnya disimpan atau menunggu dibongkar.
Di awal tahun 2020 ini dilaporkan sebanyak sembilan negara yang terdiri AS, Rusia, Inggris, Perancis, China, India, Pakistan, Israel dan Korea Utara dikabarkan miliki 13.400 senjata nuklir.
Sedang 3.720 diantaranya dikerahkan dengan pasukan tugas yang aktif dan 1.800 lainnya disimpan dalam kondisi siaga tinggi.
Selain senjata nuklir, kini ancaman pemakaian senjata kimia dan biologi juga meningkat di dunia.
Hal itupun membuat dunia menjadi semakin berbahaya dari sebelumnya.
Seorang pakar militer bernama Zhou Chenming mengungkap perubahan dalam pembangunan militer dunia mengakibatkan keseimbangan yang semakin berbahaya antar perang dan perdamainan.
"Banyak negara sekarang mengembangkan sistem anti-rudal mereka sendiri yang melindungi negara-negara dari serangan hulu ledak nuklir, tetapi begitu sistem itu dikembangkan, itu akan mengarah pada petualangan militer - beberapa negara mungkin mengambil inisiatif untuk menyerang negara lain - dan membuat dunia lebih berbahaya," kata Zhou kepada South China Morning Post. (*)