Awas! Deretan Bencana Diprediksi Ilmuwan Bakal Sambangi Bumi, NASA Peringatkan Periode 'Lockdown' Matahari dapat Sebabkan Hal-hal Mengerikan Ini, Indonesia dalam Potensi Bahaya

Minggu, 17 Mei 2020 | 12:55
Wikimedia Commons

Foto Matahari

Sosok.ID- Matahari, sebagai pusat tata surya tengah berada dalam kondisi yang tidak biasanya.

Kondisi ini memungkinkan bumi kembali mengalami bencana seperti apa yang terjadi antara tahun 1790 dan 1830.

Ilmuwan khawatir medan magnet Matahari yang melemah bakal menyebabkan rentetan kejadian berbahaya untuk manusia di Bumi.

Seiringan dengan hal tersebut, Bumi bahkan sedang kelimpungan karena pandemi yang disebabkan virus SARS-CoV-2.

Baca Juga: Ogah Jadi Tontonan Saat Dijemput Tim Medis Untuk Dikarantina, Pasien Positif Covid-19 Kejar dan Peluk Warga dan Teriak Kamu ODP!

Dewasa ini, Lockdown menjadi salah satu kebijakan yang dipilih beberapa negara untuk menghentikan penyebaran virus corona (Covid-19).

Lockdown atau penguncian berarti menghentikan segala aktivitas luar seperti penerbangan, transportasi umum, hingga membuat orang hanya berada di rumah.

Ada beberapa negara yang berhasil menerapkannya.

Namun ada juga yang mengalami masalah akibat lockdown.

Baca Juga: Bikin Netizen Kepo Setengah Mati, Wirang Birawa Tetiba Singgung Soal Kebenaran yang Akan Terungkap:Orang Salah Pasti Teriak Cari Pembenaran!

Nah, bicara soal lockdown, menurut para ahli saat ini Matahari kita juga mengalami 'lockdown'.

Wah, apa maksudnya?

Dilansir dari nypost.com pada Sabtu (16/5/2020), Matahari kita, yang merupakan pusat tata surya saat ini telah berada dalam periode 'solar minimum' atau 'minimum Matahari'.

Artinya aktivitas di permukaannya telah turun secara drastis.

Baca Juga: Video Detik-detik Mayat Melambaikan Tangan saat Imam Baca Doa, Media Asing Sebut Terjadi di Manado: Siapa yang Percaya KepadaKu, Ia akan Hidup meskipun Sudah Mati

Dengan kondisi ini, maka para ahli percaya bahwa kita akan memasuki periode terdalam dari 'resesi' sinar Matahari, yang pernah tercatat sebagai bintik Matahari telah menghilang.

"Solar Minimum sedang berlangsung dan ini sangat dalam," kata astronom Dr. Tony Phillips.

"Dalam hitungan, kondisi Matahari saat iniadalah salah satu yang terdalam pada abad ini."

"Di mana medan magnet Matahari menjadi lemah, memungkinkan sinar kosmik ekstra ke tata surya."

Baca Juga: Sambil Mewek Akui Kebodohan Gegara Remehkan Virus Corona, Indira Kalistha Minta Maaf Usai Berhari-hari Dihujat Habis-habisan : Aku Nggak Tahu Omonganku Bakal Jadi Kayak Gini

Apakah kita harus waspada?

Jawabannya ya. Sangat.

Sebab, ada beberapa dampak besar yang bisa terjadi.

"Hal ini dapat menimbulkan bahaya kesehatan bagi para astronot dan mereka yang berada di kutub."

"Lalu juga memengaruhi elektro-kimia atmosfer di atas Bumi dan dapat membantu memicu petir."

Baca Juga: Bisa Membantu Menemukan Vaksin Lebih Cepat, China Malah Akui Hancurkan Sampel Pertama Virus Corona Sebelum Menyebar ke Seluruh Dunia!

Belum selesai.

Ilmuwan NASA itu khawatir bahwa kondisi ini bisa mengulang kejadianantara tahun 1790 dan 1830 yang disebutDalton Minimum.

Di mana kondisi tersebutmengarah pada periode musim dingin yang brutal, kehilangan panen yang mengakibatkan kelaparan, dan letusan gunung berapi yang kuat.

Saat itu, kondisi suhumerosot hingga 2 derajat Celcius (3,6 derajat Fahrenheit) selama 20 tahun dan menghancurkan produksi pangan dunia.

Baca Juga: Viral Nasi Bungkus Bahagia, Isinya Uang Jutaan, Ternyata Dibagi Oleh Pemilik Mobil Mewah Gegara Melihat Youtube, Ini Videonya!

Pada 10 April 1815, letusan gunung berapi terbesar kedua dalam 2.000 tahun terjadi di mana Gunung Tambora di Indonesia meletus dan menewaskan sedikitnya 71.000 orang.

Ini juga menyebabkan 'Tahun Tanpa Musim Panas' pada tahun 1816 dan ada salju di bulan Juli.

Artikel ini telah tayang di Intisari-Online.com dengan judul "Peringatan! Ilmuwan NASA Ini Sebut Matahari Memasuki Periode 'Lockdown', Bisa Sebabkan Kelaparan, Gunung Api Meletus, hingga Cuaca Dingin yang Ekstrim"

(Mentari DP)

Editor : Rifka Amalia

Sumber : Intisari Online

Baca Lainnya