Sosok.ID - Belakangan dikabarkan sebuah asteroid bergerak mendekati orbit bumi.
Tak seperti tiga astreoid yang baru saja melintas bumi pada 9 September 2019 kemarin, asteroid ini diprediksi memiliki kekuatan yang setara dengan ledakan bom nuklir Hiroshima-Nagasaki di tahun 1945.
Berdasarkan kabar yang beredar, asteroid ini diprediksi bakal mendekati orbit bumi pada bulan Oktober mendatang.
Membicarakan soal fenomena antariksa, memang banyak orang awam yang tidak mengerti tentang hal tersebut.
Banyaknya orang yang tak memahaminya membuat fenomena langit kerap kali dikait-kaitkan dengan pertanda tentang hari akhir atau bukti kuasa sang Maha Pencipta.
Ambil saja contoh fenomena komet Halley yang mendekati orbit bumi sekitar 75 tahun sekali.
Di masa lampau ketika belum banyak orang yang mempelajari tentang antariksa, kemunculan komet Halley dianggap sebagai pertanda buruk tentang datangnya hari akhir.
Pada masa itu kemunculan komet Halley dipercaya membawa berita buruk tentang wabah penyakit dan bencana alam.
Kini teknologi sudah semakin maju, terdapat badan pemerintah khusus yang memang memiliki tugas untuk mengamati, mempelajari dan mengawasi aktivitas kosmik yang berada di luar jangkauan manusia seperti NASA.
Melansir laman Express UK pada Kamis (12/9/2019), pelacak asteroid milik NASA baru saja melaporkan bahwa ada sebuah asteroid mendekati orbit bumi.
Asteroid dengan nama FT3 atau Apollo ini diprediksi akan bergerak mendekati orbit bumi pada awal bulan Oktober 2019.
Menariknya, asteroid FT3 ini bukanlah jenis asteroid biasa.
Asteroid FT3 adalah sebuah bongkahan batu besar yang berasal dari sabuk asteroid antara Planet Mars dan Jupiter dengan besar diameter sekitar 340 meter.
Berdasarkan teori, bila asteroid ini berhasil menembus atmosfer bumi dalam keadaan setengah utuh, bongkahan batu angkasa ini akan jatuh dengan kecepan 20 ribu kilometer per detik.
NASA memprediksi, bila terjadi hantaman maka kekuatan tabrakan yang akan dihasilkan oleh jatuhnya asteroid ini adalah setara dengan 2700 megaton peledak jenis TNT.
Jika dibandingkan dengan kekuatan bom nuklir yang meledak di Hiroshima-Nagasaki tahun 1945 silam, asteroid ini diprediksi memiliki kekuatan sekitar puluhan kali dari bom nuklir tersebut.
Tentu saja kabar ini cukup membuat masyarakat awam pengetahuan mengenai antariksa was-was dengan kemunculan asteroid ini.
Kendati demikian, terkait kabar mendekatnya asteroid FT3 dengan orbit bumi, NASA meminta publik untuk tidak terlalu khawatir
Melansir Express UK, Kamis (12/9/2019) NASA sangat yakin bila asteroid FT3 hanya melintas dan mendekat ke orbit bumi saja.
Berdasarkan perhitungan matematis, asteroid ini diprediksi bakal bergerak mendekati orbit bumi sebanyak tiga kali sejak 20 Maret 2007 silam.
Yakni pada awal Oktober tahun 2019, Oktober tahun 2024 dan Oktober tahun 2025.
Menurut US Space Agency, pergerakan asteroid ini tidak terlalu paradoks dan masih akan terus berubah-ubah sampai menemukan lintasan orbit yang konsisten.
Sebelum asteroid memiliki lintasan orbit yang konsisten, sehingga kecil kemungkinan akan terjadi tabrakan.
Dilansir dari Express UK, NASA dan US Space Agency menyatakan peluang asteroid ini akan memasuki atmosfer bumi adalah sekitar 0,00003 persen dari 11 juta kesempatan
Sependapat dengan NASA dan US Space Agency, European Space Agency (ESA) mengatakan sangat jarang adanya tabrakan dari asteroid yang berukuran besar.
Kenyataannya, kebanyakan asteroid besar tersebut hancur terlebih dahulu saat bersinggungan dengan lapisan atmosfer bumi.
Sehingga kecil kemungkinan asteroid besar akan lolos dari lapisan atmosfer bumi dalam keadaan utuh dan bukan serpihan.
Lebih lanjut lagi, ESA kini telah mengembangkan armada bernama Asteroid Impact Deflection Assessment (AIDA).
Armada ini adalah hasil kerjasama ESA dengan NASA yang bertujuan untuk memprediksi jalur lintasan asteroid dan mengubah lintasannya jika dianggap membahayakan bumi.
Salah satu cara yang dilakukan untuk membelokkan asteroid berukuran jumbo itu dengan menabrakan pesawat antariksa ke permukaan asteroid.
Kedua badan antariksa dunia itu akan mempersiapkan dua unit pesawat ruang angkasa.
Salah satunya akan ditabrakkan ke permukaan asteroid untuk merubah lintasan, sementara yang lainnya melakukan pengumpulan data terkait dampak tumbukan tersebut.
(*)