Tak Mau Hidup Menggelandang Gegara PSBB di Jakarta, Wanita Asal Padang Nekat Pulang Kampung Saat Hari Pertama Larangan Mudik, Begini Endingnya!

Sabtu, 25 April 2020 | 17:35
Kolase Kompas.com/TribunJakarta.com

(kolase ilustrasi) Tak Mau Hidup Menggelandang Gegara PSBB di Jakarta, Wanita Asal Padang Nekat Pulang Kampung Saat Hari Pertama Larangan Mudik, Begini Endingnya!

Sosok.ID - Yani Fitri (35) membagikan kisah hidupnya diambang pilu saat nekat melakukan hal yang bisa saja membuat dirinya kena masalah.

Wanita yang berkerja sebagai seorang manajer penyanyi Minang di ibu kota Indonesia.

Lantaran Pandemi dan status Jakarta yang dinyatakan darurat covid-19 membuat kehidupannya goyah.

Ia pun diambang pilihan menggelandang lantaran sumber keuangannya otomatis berhenti total lantaran tak ada kerjaan.

Baca Juga: Sangat Membantu Pasien Corona Sembuh, Ini Kegunaan Ventilator untuk Atasi Covid-19 yang Diminta Jokowi ke AS

Sejumlah acara yang bisa membuatnya raup pundi-pundi uang harus dibatalkan lantaran penyebaran virus corona dan larangan aparat.

Penghasilannya pun seketika berhenti total saat pandemi melanda seperti sekarang ini.

Padahal dirinya yang bekerja sebagai manajer sempat mendapatkan pekerjaan untuk tour promosi film ke 18 kota.

Namun baru berjalan 2 kota yang disambangi, semua acara sisannya harus dibatalkan lantaran pandemi.

Baca Juga: Peduli Tubuhmu: Tanda Tubuh Kekurangan Kalsium, Salah Satunya Kulit Menjadi Kering dan Gatal, Namun Hati-hati Pemakaian Suplemen Karena Bisa Berakibat Penyakit Fatal Ini!

Yani pun tak memiliki pilihan selain menggelandang di Jakarta ataupun pulang ke kampung halaman di Padang.

Tapi pilihan pulang ke Padang bukan hal yang mudah baginya lantaran peraturan pemerintah baru saja dikeluarkan mengenai larangan mudik.

"Aku mau pulang ke Padang karena memang orang tuaku di sana. Kerjaanku manajer penyanyi Minang dan kebetulan kemarin itu lagi ada promo film. Dari 18 kota kita baru datangi 2 kota dan sisanya di-cancle," ceritanya kepada TribunJakarta.com, Jumat (24/4/2020) yang dikutip oleh Sosok.ID.

Uang hasil bekerja di Jakarta tersebut sedianya akan ia kirim pada orang tua di kampung halaman.

Baca Juga: Dikawal Ketat oleh Pasukan Khusus Layaknya Seorang Presiden, Begini Cara Yakuza Menyambut Bosnya yang Baru Saja Keluar dari Penjara

Namun apa daya lantaran wabah virus corona ini membuat uang yang harusnya diberikan pada orang tua harus ia pakai sendiri untuk bertahan hidup di ibu kota.

"Ibaratnya ini uang buat orang tua malahan dipakai untuk bertahan hidup di Jakarta," lanjutnya.

Uang yang semakin menipis membuat Yani memilih untuk pulang kampung lantaran takut tak bisa hidup lebih lama lagi di Jakarta.

"Akhirnya aku pesan tiket ke Padang naik Maskapai Batik Air dan dapat penerbangan pukul 12.45 WIB. Waktu itu aku pesan tiket hari Rabu (22/4/2020)," ungkapnya.

Baca Juga: Setelah AS Kini Rusia Serang Pemerintah China dan Sebut Virus Corona Sengaja Dibuat Oleh Manusia

TribunJakarta/Nur Indah Farrah Audina
TribunJakarta/Nur Indah Farrah Audina

Yani, calon penumpang di Bandara Halim Perdanakusuma, Makasar, Jakarta Timur, Jumat (24/4/2020)

Yani sempat lega lantaran pemesanan tiket pesawat telah disetujui dan sedang diproses.

Namun kabar yang tak mengenakkan pun tersiar pada hari Kamis (23/4/2020), sebab Kemenhub mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor 25 Tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi Selama Musim Mudik Idul Fitri 1441 H.

"Di situ sudah mulai ragu. Hati saya ragu karena katanya mulai hari ini pukul 00.00 WIB tak boleh melakukan penerbangan penumpang," katanya.

Tapi pemikirannya pun tertuju bila ia tak segera pulang lalu siapa yang akan menanggung kehidupannya selama berada di Jakarta.

Baca Juga: Tanya Soal Bantuan Sosial Selama PSBB, Oknum Ketua RT Justru Aniaya Warga Hingga Babak Belur, Begini Kronologinya!

"Di situ aku langsung mikir kalau enggak bisa pulang berarti aku mati kelaparan di Jakarta. Sebab aku sudah enggak ada uang simpanan sama sekali," ungkapnya.

Tak sampai di situ saja, pada hari yang sama adalah hari terakhir dirinya menyewa tempat tinggal sementara/kos.

"Ditambah hari ini kosan terakhir. Saya makanya sudah ragu. Kalau gagal berangkat, siapa yang mau nanggung hidup saya?," ujarnya.

Lantaran memikirkan semua resiko yang ada di hadapannya untuk bisa pulang kampung itupun membuat Yani tak bisa tidur di puasa pertama bulan Ramadhan tahun 2020 ini.

Baca Juga: Jadi Sasaran Kekerasan, Seorang ART di Semarang Sampai Alami Pita Suara Rusak Gegara Dihukum Minum Air Mendidih Oleh Majikannya

"Saya enggak tidur dari habis sahur. Padahal sudah pasang alarm pukul 07.30 WIB. Jadi maksudnya habis sahur mau tidur dulu, tapi nyatanya enggak bisa," katanya.

"Dari di kosan saya sudah tanya teman soal Bandara Soetta ada penerbangan atau enggak. Makanya ini saya berangkat lebih awal," lanjutnya.

Di bandara pun Yani masih merasa gusar bisakah dirinya terbang ke Padang pada hari itu juga.

Sambil membawa barang bawaannya, ia bertanya ke pusat informasi dan sejumlah petugas untuk kepastian keberangkatannya hari ini.

Baca Juga: Dianggap Pembawa Virus Corona, 25 Wanita Pemandu Karaoke Diusir dari Kampung Halamannya, Satpol PP: Kami Harap Warga Bisa Menerima Mereka

"Dari tadi nanya tapi masih disuruh tunggu. Alhamdulillah ada kabar baik dan saya sudah bisa lakukan check in tiket," katanya.Ia pun berharap agar wabah Covid-19 cepat berlalu dan ekonomi kembali normal.

"Kalau sosialisasinya masih kurang memang. Tapi saya berdoa semoga wabah ini cepat berlalu," pungkasnya. (*)

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber : Tribunjakarta.com

Baca Lainnya