Peta Sebuah Desa Terpencil di Puncak Gunung di Italia Tiba-tiba Hilang Dari Peta Setelah Virus Corona Menyebar Cepat, Ternyata Ini yang Terjadi

Selasa, 07 April 2020 | 20:00
Kolase tangkapan layar BBC.com

Peta Sebuah Desa Terpencil di Puncak Gunung di Italia Tiba-tiba Hilang Dari Peta Setelah Virus Corona Menyebar Cepat, Ternyata Ini yang Terjadi

Sosok.ID - Betapa kagetnya warga desa kecil di puncak gunung negari Pizza, Italia ini beberapa waktu lalu.

Sebab entah dari mana sumbernya, tiba-tiba virus corona menyebar di desa terpencil tersebut.

Bahkan dengan cepat telah memakan dua korban jiwa yang meninggal.

Tak sampai disitu saja, warga pun dikejutkan saat pasukan militer menutup semua akses dari dan ke desa mereka.

Baca Juga: Yakin Indonesia Tak Mau Beli? Su-35 Kini Dibekali Rudal Hipersonik 6 Kali Lebih Cepat dari Suara R-37M

Kini desa yang dihuni sekitar 1.900 orang itupun seperti kota mati.

Warga desa hanya berada di rumah masing-masing tanpa ada yang keluar masuk dan berkeliaran di jalan desa tersebut.

Hal itu lantaran sepekan yang lalu, pemerintah Italia menyatakan bahwa desa tersebut merupakan zona merah.

Tak hanya tentara yang menjaga akses desa tersebut, kini banyak peneliti dan ilmuwan dari seluruh negera tersebut datang ke desa terpencil itu.

Mereka datang lantaran mengemban tugas untuk mempelajari virus yang telah menjangkit hampir seluruh dunia itu.

Baca Juga: Viral Penipu Ganteng Haus Makanan Mewah, Modus Ajak Kencan di Restoran Mahal Tapi Kabur Setelah Selesai Makan karena Tak Sanggup Bayar

Tangkapan layar BBC.com
Tangkapan layar BBC.com

Peta Desa Nerola, Tepi Kota Roma Italia dilihat dari Google Map

Dan sesegera mungkin mendapatkan obat penawar dari virus yang disebut hampir sama dengan wabah SARS ini.

Melansir dari BBC, (6/4/2020) yang langsung mendatangi pintu gerbang masuk ke desa Nerola, terlihat begitu mencekamnya suasana kampung yang beberapa bulan lalu masih terlihat nyaman sebagai tempat tinggal.

Para tentara bersenjata lengkap berjaga di pintu perbatasan, setiap orang tak boleh keluar masuk dengan sembarangan.

Kini desa kecil ini pun seperti dipenjara dan warganya tak bisa kemana-mana.

Baca Juga: Sembrono! Ingin Dianggap Kaya Oleh Teman-temannya, Siswa SMA di Tasikmalaya Nekat Curi Mobil Mantan Kapolda Jabar, Caranya Bak Penipu Ulung!

Padahal desa tersebut tak jauh dari Roma, Ibu Kota Italia.

Entah bagaimana ceritanya, pekan lalu desa Nerola dinyatakan sebagai zona merah covid-19 setelah 77 penduduk dinyatakan positif corona.

Hanya satu orang yang diperbolehkan berada di luar rumah tepatnya di gerbang masuk desa tersebut tetapi tak diperbolehkan masuk desa.

Dia adalah kepala wilayah atau desa tersebut yang merasa sangat sedih dengan keadaan wilayahnya yang bulan lalu masih menjalankan kehidupan seperti biasanya.

"Saya sangat sedih, semua orang kebingungan, banyak warga menelponku dan bertanya 'apakah kami sakit? Apa yang terjadi?'" sebut kepala desa, dikutip dari wawancara BCC.com.

Baca Juga: 'Tolong Jangan Mudik, Kalau Kami Mati di Sini, Siapa yang Menanam Padi?', Petani di Desa, Memohon kepada Warga di Kota Terdampak Corona

Tangkapan layar BBC.com
Tangkapan layar BBC.com

otoritas militer dan kepolisian menutup akses dari dan ke desa Nerola

"Saya hanya bisa bilang, tak papa, tak ada masalah," sambungnya.

"Hanya untuk keselamatan kita, kita harus melakukan ini, ini adalah pengorbanan kita untuk negara," pungkasnya.

Semua warga tak bisa sembarangan keluar rumahm bahkan untuk membeli makanan ataupun obat.

Semua telah disediakan oleh pihak berwenang dan didistribusikan bersama tentara.

Baca Juga: Bill Gates Prediksi Bila Penanganan Virus Corona Global Masih Seperti Sekarang, Pandemi Akan Berakhir Tahun Depan, Hanya Ada Satu Solusi Cepat!

Salah seorang warga yang diwawancarai oleh BBC lewat sambungan daring video membeberkan situasi di desa tersebut.

"Halo Marco, bagaimana keadaanmu?" tanya wartawan.

"saya dan keluarga baik-baik saja, tapi semua warga desa saat ini sangat ketakutan." sebut seorang warga desa via video call.

Virus corona bermula dari rumah peduli di desa tersebut, dan menyebar begitu cepat tanpa disadari oleh tim medis di sana.

Kemudian dua orang meninggal dan disemayamkan di rumah sakit.

Baca Juga: Sapa Penggemar di Tengah Kesibukannya Jualan Makanan, Mantan Bintang Film Dewasa Ini Buat Warga Indonesia Geger, Baim Wong Ikut Kaget : Lah!

Tangkapan layar BBC.com
Tangkapan layar BBC.com

Wawancara dengan salah satu warga desa yang terisolasi di dalam rumah lewat video kongerensi

Salah seorang dokter di rumah peduli membeberkan awal mula menyebarnya virus di desa itu.

"Awalnya tak terlihat seperti gejala covid-19 di tempat lain, sebab mereka (warga desa Nerola) hanya merasa demam biasa, tapi seminggu kemudian situasi berubah sangat mencekam," sebut salah satu dokter yang praktek di desa Nerola.

Menurut kepala jawatan kesehatan di sana, alasan desa tersebut dikarantina total dan tak ada yang boleh berkegiatan di luar rumah lantaran tingginya tingkat penyebaran virus.

"Kami tak mau ambil resiko," kata kepala dinas kesehatan setempat.

Baca Juga: Para Pendaki Gerebek Tenda Goyang di Gunung, Dapati Sepasang Muda-mudi Setengah Tak Berbusana di Dalamnya

Dan kini banyak ilmuwan dan peneliti datang ke desa tersebut untuk mempelajari mengenai virus yang bermula dari Wuhan, China ini.

Sekarang desa terpencil di puncak gunung kini jadi laboratorium virus corona terbesar di dunia.

Semua orang akan dilakukan tes kesehatan berkala setiap hari di desa tersebut.

Seorang peneliti berharap apa yang ia dan rekannya lakukan di desa tersebut bisa berkontribusi bagi orang banyak.

Kini Pemerintah Italia menggantungkan asa untuk bisa terbebas dari virus corona melalui apa yang dilakukan peneliti di desa Nerola.

Baca Juga: Tajir Tak Ketulungan dari Lahir Hingga Dapat Warisan Segepok Emas, Nikita Mirzani Disebut-sebut Anak Mantan Petinggi PT Krakatau Steel, Inilah Potret Cantik Mendiang sang Ibu yang Jarang Terekspos Media!

Penelitian itu mencoba untuk mengungkap bagaimana virus tersebut bisa menyebar di sebuah komunitas manusia.

Bagaimana tampilan gejalannya serta cara penyembuhannya. (*)

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber : BBC

Baca Lainnya