Kurang Ajar! di Tengah Wabah Covid-19, KKB Papua Manfaatkan Kesempatan Untuk Tebar Ancaman Ingin Bubarkan NKRI

Selasa, 24 Maret 2020 | 18:30
Kolase Pixabay/tangkapan layar youtube

Kurang Ajar! di Tengah Wabah Covd-19, KKB Papua Manfaatkan Kesempatan Untuk Tebar Ancaman Ingin Bubarkan NKRI

Sosok.ID - Wabah virus corona kini sudah menyebar di hampir seluruh wilayah di Indonesia, termasuk di Papua.

Tentu saja, mencegah penyebaran virus corona di Papua menjadi tugas yang cukup berat bagi pemerintah.

Selain mengatasi virus corona, pemerintah juga dituntut untuk bekerja di bawah teror KKB Papua.

Nampaknya, virus corona yang sudah masuk di Papua dimanfaatkan oleh pihak KKB Papua.

Baca Juga: Kabar Baik, Presiden Jokowi Umumkan Masyarakat yang Miliki Kredit Kendaraan Ataupun Usaha Cicilannya Ditangguhkan 1 Tahun Gegara Cocid-19, Ini Penjelasannya!

Kini, KKB Papua melancarkan propagandanya.

Jumlah persebaran wilayah kasus penularan virus corona terus meluas.

Perlahan tapi pasti, wabah yang awalnya hanya terjadi di Jawab Barat dan Jakarta, saat ini sudah memasuki Papua.

Dikutip dari kompas.com, berdasarkan update data dari pemerintah pada Minggu (22/3/2020), sudah ada dua kasus positif virus corona di Papua.

Baca Juga: Jual Istri Melalui Sosial Media Seharga Rp 1,5 Juta, Pria Ini Perbolehkan Pasangannya Digauli Dua Pria Sekaligus, Ini Detik-detik Penggrebekannya!

Masuknya virus corona ke Papua bakal menjadi tantangan berat bagi pemerintah di Indonesia.

Sebab, pemerintah harus bergerak cepat memutus mata rantai penyebran virus corona di daerah yang minim infrastruktur tersebut di bawah teror KKB OPM.

Masuknya virus corona di Papua tentunya bakal menjadi ancaman baru bagi warganya.

Tak terkecuali Kelompok Kriminal Bersenjata ( KKB ) OPM.

Baca Juga: Ampuh, Bukan Hand Sanitizer Atau Masker, Turki Malah Gunakan Parfum Untuk Matikan Virus Corona, Ternyata Ini Alasannya!

Sebab, KKB OPM dipastikan tidak memiliki obat atau alat tes untuk memeriksakan seluruh anggotanya.

Kerisauan KKB OPM terlihat pada narasi propaganda mereka yang diunggah di akun Facebook Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB).

Dalam propagandanya tersebut KKB OPM juga mengkritisi pemerintah Indonesia yang tetap membuka akses masuk ke Indonesia dengan tetap membuka bandara dan pelabuhan.

KKB OPM menuding Indonesia menganggap remeh wabah virus corona dan melarang lockdown daerah di Indonesia.

Baca Juga: Bukan Dari Pasar Tradisional Wuhan, Ternyata Ini Asal Virus Corona yang Kini Jadi Pandemi

Berikut propaganda KKB OPM seperti yang dikutip dari akun Facebook TPNPB:

Sekali lagi, Bubarkan NKRI!

Itu solusinya, karena terbukti Indonesia sudah tidak mampu tangani virus corona sejak dini dan setelah penyebaran. NKRI hanyalah proyek ekonomi kapitalis (imperialis), karenanya Jakarta malas tahu dengan ancaman kemanusiaan.

Elit penguasa Jawa tidak akan pernah sanggup mengurus bangsa-bangsa Nusantara. Urus Jawa, bahkan Ibukota negara saja tak sanggup, terbukti laju korban virus corona tertinggi kedua dunia, dengan sistem kesehatan dan penanganan terburuk.

Lihat Singapura, satu dari bangsa Nusantara yang terpisah, walau angka positif tinggi tapi nol angka kematian. Begitu juga Malasyia, begitu juga PNG, dll. Negara kecil tapi tingkat proteksi dan penanganannya luar biasa. Tingkat kendali yang luar biasa.

Baca Juga: Duh! Bukannya Berdiam Diri Dirumah dan Hindari Kerumunan, Ria Ricis Justru Syuting Bareng Warga Kampung, Sampai Diperingatkan Desainer Kondang Gegara Tingkah Lakunya

NKRI yang luas, tingkat kendali pusat yang lemah, sistem kesehatan buruk, apalagi resim berganti resim yang anti kemanusiaan, yang hanya jual bangsa-bangsa Nusantara sebagai lahan exploitasi kapitalis, terjajah secara ekonomi dibawa kendali utang, adalah ironi dan malapetaka.

Jadi marilah pisah dan menentukan nasib bangsanya sendiri-sendiri agar bisa mengurus bangsanya sendiri. Itu mesti jadi upaya selamatkan manusia dan tanah airnya masing-masing tanpa kontrol satu bangsa Jawa. Apa artinya NKRI tanpa makna pembebasan manusia (bangsa).

Apa tidak gila, saat ancaman nyawa virus corona Jakarta sibuk debat Omnibus Law, drop militer habiskan APBN proteksi Freeport, lalu anggap remeh buka akses udara laut. Lalu larang lockdown daerah di Indonesia. Barangkali ini kebijakan pemerataan virus corona di seluruh Indonesia.

Jadi apakah NKRI masih penting dari nyawa manusia bangsa-bangsa di Nusantara yang terancam? Sa kira bubarkan NKRI itulah solusi agar setiap bangsa dapat melindungi dan memproteksi manusia dan tanah airnya sendiri tanpa kontrol satu bangsa Jawa.

Baca Juga: Kondisinya Sempat Memburuk Saat Divonis Covid-19, Artis Ini Berangsur-angsur Membaik Setelah Rutin Munim Obat Malaria, Sejenis Dengan yang Dipesan Pemerintah Indonesia?

Mari aktifkan akal sehat!

"Victor Yeimo" "Jubir Internasional KNPB"

Kekhawatiran penyebaran virus corona di Papua juga diungkapkan oleh tersangka yang berstatus buronan polisi, Veronica Koman.

Dilansir Gridhot dari akun Facebook Veronica Koman, ia merasa khawatir dengan efek virus corona di Papua.

Dikatakannya pada unggahannya pada Sabtu (14/3/2020) bahwa kekhawatirannya berkaitan dengan depopulasi jumlah orang di Papua yang tentu membuatnya menjadi teramat penting.

Baca Juga: Lantas Harus Bagaimana? WHO Nyatakan Lockdown Tak Berdaya Bendung Wabah Virus Corona

Apalagi menurutnya, secara global efek pandemik terhadap masyarakat adat selalu lebih buruk dibanding masyarakat biasa.

Veronica Koman bahkan membandingkannya dengan pandemik influenza tahun 1918.

"Pandemik influenza tahun 1918 menewaskan 19% - 22 % total penduduk Samoa Barat, Fiji = 5.2%, Tonga = 4.2% - 8.4%, Guam = 4.5%, Tahiti = 10%. Kita belum tahu kekuatan tubuh orang Pasifik dalam menghadapi virus corona," tulis perempuan yang kini menjadi buronan itu.

Veronica Koman juga mengungkapkan bahwa kesadaran kesehatan masyarakat Papua itu terburuk di Indonesia.

"Hak atas kesehatan masyarakat Papua itu terburuk di Indonesia, urus penyakit umum saja setengah mati, apalagi virus corona," ungkapnya.

Baca Juga: Tambah Lama, Prediksi Berakhirnya Wabah Corona Indonesia Mundur dari Perkiraan Awal

Tangkapan Layar Facebook Veronica Koman
Tangkapan Layar Facebook Veronica Koman

Tangkap layar akun Facebook Veronica Koman

Aktivis HAM yang kini jadi buronan itu menduga bahwa angka kasus terinfeksi virus corona di Indonesia bisa saja sudah melambung tinggi dibandingkan dengan yang telah terdeteksi.

Ia juga mengatakan bahwa pemerintah pusat tidak transparan dalam mengatasi krisis ini.

"Saat ini terdeteksi 69 karena peralatan dan kesiapan Indonesia untuk mendeteksi virus ini masih minim. Kalau tidak ada alatnya, ya tidak bisa mendeteksi toh? Pemerintah pusat juga terbukti tidak transparan dalam mengatasi krisis ini," tulis Veronica Koman pada unggahannya.

Perempuan itu memprediksikan, cepat atau lambat virus corona akan masuk Papua.

Ia juga mengatakan bahwa semakin rendah laju migrasi suatu wilayah, semakin rendah pula kemungkinan penularannya.

Baca Juga: Ahli Virus Mengungkap Bahan Masakan Ini Ternyata Lebih Manjur Bunuh Virus Corona Ketimbang Hand Sanitizer

Veronica Koman pun menyarankan apabila ingin pulang kampung, lebih baik pulang secepatnya dan jangan menunda hingga virus sudah merebak.

"Kalau mau pulang kampung, pulang sekarang. Jangan nanti virus sudah merebak di kota, baru mau pulang, itu namanya bawa virus masuk ke ko pu kampung. Ingat, tidak semua yang terinfeksi virus corona menunjukkan gejala," katanya.

Veronica Koman bahkan mengatakan bahwa usaha pemerintah untuk mengurus virus corona, khususnya di Pulau Jawa masih kacau.

"Negara urus virus corona di Jawa saja kacau, baru ko mau berharap negara urus ko ka? Baku jaga sendiri!" tulis buron negara itu.

Baca Juga: Rakyat Miskin Malaysia Sekarat Bertahan di Tengah Lockdown, Corona Belum Usai Bencana Kurang Pangan Datang Menghantui

Ia berharap Pemerintah Provinsi Papua dan Papua Barat bertindak seperti Pemerintah Jakarta dan Solo yang berani mengambil kebijakan mandiri yang dirasa perlu. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunmadura.com dengan judul "KKB Papua Manfaatkan Virus Corona Sebagai 'Senjata', Facebook Jadi Media KKB Papua Jatuhkan NKRI"

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber : tribunmadura.com

Baca Lainnya