Andai Orang-orang Mendengar Pesan Terakhir Ibu Tien Sebelum Wafat, Mungkin Sejarah Kelam Mei 1998 Tak Akan Terjadi

Rabu, 09 Oktober 2019 | 16:40
WIKIMEDIA.ORG via Tribun

Presiden Soeharto dan istri, Ibu Tien Soeharto, semasa hidup

Sosok.id - Sebelum dinyatakan wafat pada 28 April 1996, istri Soeharto, Siti Hatininah atau yang lebih dikenal dengan Ibu Tien sempat memberikan pesan terakhir.

Ibu Tien yang wafat di usia ke 72 tahun menyampaikan pesan terakhirnya pada Menteri Negara Urusan Peranan Wanita yang menjabat saat itu, Ny Mien Sugandhi.

Dilansir dari buku "Pak Harto, The Untold Story" via Surya pada Selasa (8/10/2019), hal itu ditulis oleh Mien Sugandhi pada sebuah upacara partai Golkar pada 1996.

Berdasarkan tulisan itu, Mien Sugandhi menyebut bahwa ia kala itu tengah duduk berdampingan dengan Bu Tien.

Baca Juga: Simpang Siur Penyebab Meninggalnya Ibu Tien, Jenderal Polisi Ini Beberkan Fakta Sebenarnya

Tiba-tiba, Bu Tien menyampaikan sebuah pesan padanya.

"Tolong katakan kepada (menyebut salah seorang petinggi Partai Golkar), agar Pak Harto jangan menjadi presiden lagi. Sudah cukup, sudah cukup, beliau sudah tua."

Mendengar pesan itu, Mien Sugandhi dibuat keheranan dan bertanya-tanya mengapa.

"Lo, kalau begitu siapa yang mumpuni untuk menggantikan beliau?" tanya Mien Sugandhi.

Baca Juga: 11 Tahun Lalu Bersimpuh dan Menangis di Depan Jasad Soeharto, Mayangsari Malah Diusir Keluarga Cendana

Bu Tien lalu menjawab untuk menyerahkan hal itu pada pemilu dan mengatakan bahwa ia akan pergi.

"Biarlah itu diserahkan dan ditentukan oleh Pemilu saja. Aku sudah tidak mau lagi. Aku mau pergi, aku lungo (pergi). Pokoke aku lungo," kata Bu Tien.

Tak mau mengecewakan Bu Tien, Mien Sugandhi segera menyampaikan pesan itu pada petinggi Partai Golkar yang dimaksud.

Sayangnya, pesan dari Bu Tien itu tak digubris oleh petinggi Partai Golkar tersebut dan ia tetap mempertahankan pendiriannya untuk menjadikan Soeharto sebagai presiden lagi.

Baca Juga: Keberadaan Soeharto Saat Pecah Peristiwa G30S/PKI Terungkap, Ternyata Berhubungan Dengan Keadaan Tommy

Hingga pada 28 Maret 1998, Soeharto resmi dilantik menjadi presiden untuk yang kesekian kali.

Namun, belum genap tiga bulan menjabat sebagai presiden (lagi), Reformasi Mei 1998 meledak.

Ekonomi Indonesia turun drastis, Soeharto tumbang, stabilitas nasional jomplang, negara carut marut.

Dalam hati, Mien Sugandhi hanya bisa berkata, "Seandainya orang-orang yang dulu diberi pesan oleh Bu Tien mendengarnya."

Baca Juga: Bukan Hanya Mau Diracun Tikus, Soeharto Juga Dikirimi Barang yang Jadi Isyarat Bakal Meletusnya G30S/PKI

Hingga kini, misteri kematian Bu Tien masih simpang siur.

Telah diberitakan oleh Sosok.id sebelumnya, telah beredar isu bahwa Bu Tien meninggal dunia karena tertembak.

Tembakan itu disebabkan oleh kedua putranya, Tommy dan Bambang yang tengah berebut proyek mobil nasional.

Keduanya lalu terlibat adu tembak yang menyebabkan Bu Tien terkena pelurunya.

Baca Juga: Cerita Herman Sarens, Komandan Korps Markas Hankam yang Kepalanya Nyaris Bolong Gegara Ditodong Pistol oleh Soeharto: Kalau Meledak, Mati Gue!

Namun, hal itu dibantah dengan keras oleh Jenderal Polisi Purnawirawan Sutanto yang menyaksikan langsung detik-detik wafatnya Bu Tien.

Pensiunan polisi itu juga menceritakan bagaimana Soeharto setia mendampingi istrinya di detik-detik terakhir hayatnya.(*)

Tag

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber Surya, Tribun Bangka, Sosok.ID