Cerita Herman Sarens, Komandan Korps Markas Hankam yang Kepalanya Nyaris Bolong Gegara Ditodong Pistol oleh Soeharto: Kalau Meledak, Mati Gue!

Selasa, 10 September 2019 | 14:00
Kolase gambar Kompas.com/Glori K. Wadrianto

Cerita Herman Sarens, Panglima TNI yang Kepalanya Nyaris Bolong Gegara Ditodong Pistol oleh Soeharto

Sosok.ID - Masa kelam pemberontakan G3OS/PKI Tanah Air rupanya masih segar diingatan beberapa orang.

Kengerian masa-masa gerakan pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 30 September 1965 bukan hal yang mudah dilupakan untuk sebagian orang.

Salah satunya adalah Herman Sarens Soediro, Komandan Korps Markas Hankam yang pernah kena semprot sampai ditodong pistol oleh Soeharto pada kala itu.

Ya, dikutip Sosok.ID dari manuskrip autobiografi berjudul 'Cerita Seorang Tentara: Cuplikan Riwayat Kehidupan Herman Sarens Sudiro' via Tribun Lampung kengerian masa pemberontakan PKI sempat diceritakan dalam buku tersebut.

Baca Juga: NASA Sebut 3 Asteroid Besar Berkecepatan 80 Ribu Km/Jam Akan Dekati Orbit Bumi Malam Ini, Menabrak atau Cuma Lewat?

Kengerian tersebut diceritakan dalam sudut pandang Herman Sarens Soediro, yang kala itu menjabat sebagai Komandan Korps Markas Hankam.

Herman Sarens Soediro sendiri dikenal sebagai Komandan Korps Markas Hankam yang tegas dan tak gentar dalam hal apapun.

Ia pun dikenal sebagai salah satu tokoh penting yang dekat dengan Soeharto.

Saat Soharto menjabat sebagai Presiden RI, Herman Sarens Soediro bahkan diangkat sebagai Komandan Komando Satuan Tugas (Kosatgas) Supersemar dengan pangkat kolonel.

Baca Juga: Petualangan Cinta Giacomo Casanova, si Pencabul Flamboyan yang Akui Suka Perkosa Anak Sendiri dan Punya 120 Pacar

Kendati demikian bukan berarti karier dan sepak terjang Herman Sarens Soediro selalu mulus.

Bahkan Komandan Korps Markas Hankam ini pernah membuat sang mantan presiden marah besar hingga kepalanya nyaris ditembus peluru dari tangan Soeharto sendiri.

Kejadian ini terjadi pada 2 Oktober 1965 sekitar pukul 9 pagi.

Saat itu, Herman yang tengah bersiap diri di kediamannya di Jalan Daksa Kebayoran baru mendadak dapat panggilan penting dari markas Kostrad.

Baca Juga: Gegara Keciduk Satpol PP, Pengamen Asal Surabaya Berhasil Jadi Lulusan Terbaik di UNAIR dengan IPK Nyaris Sempurna

Soeharto yang pada kala itu menjabat sebagai Panglima Kostrad memerintahkan Herman untuk segera menemui dirinya di markas Kostrad.

Herman yang tak tahu mengapa dirinya dipanggil pun berusaha sebisa mungkin datang tepat waktu.

Saat tiba di ruang kerja Soeharto di Markas Kostrad, Komandan Korps Markas Hankam tersebut pun dipersilahkan duduk.

Namun belum ada satu kata pun keluar dari mulutnya, tiba-tiba saja Herman sudah ditodong pistol tepat di kepalanya oleh Soeharto.

Baca Juga: Konyol! Pria Ini Tak Bisa Berhenti Tertawa Gegara Ketemu Tamu Kondangan Berpenampilan Sangat Mirip Dengannya

Tanpa tendeng aling-aling, Soeharto langsung mengamuk kepadanya.

"Tak selentik kowe! (aku sentil kau!)," seru Soeharto kepada Herman seperti yang dikutip Sosok.ID dari Cerita Seorang Tentara: Cuplikan Riwayat Kehidupan Herman Sarens Sudiro via Tribun Lampung.

Usut punya usut, rupanya Soeharto geram dengan sikap Herman yang dianggap melangkahi wewenangnya.

Sehari sebelum kejadian, diketahui Herman memang diserahkan kuasa untuk mengatur gerakan guna menumpas pergerakan PKI.

Baca Juga: Ngaku Sedih Ingin Melayat Mantan Suami yang Meninggal, Pemeran Video Vina Garut Ketahan Izin Polisi dan Keluarga Almarhum

Melalui wewenangnya sebagai Kepala Biro Antar Angkatan danb Kesiapsiagaan Staf Umum AD, Herman mengambil alih 10 unit truk yang berada di pool Resimen Cakrabirawa Cawang untuk Brigade Kavaleri Letnan Kolonel Wing Wiryawan.

Selanjutnya Herman bergerak ke Jalan Madiun, mengobrak-abrik markas Badan Pusat Intelijen (BPI) pimpinan Soebandrio dan menangkap orang-orang yang terlibat atau diduga PKI.

Tindakannya yang dinilai terlalu gegabah dan beresiko karena menggunakan kekuatan pasukan dalam skala yang cukup besar membuat Soeharto marah besar padanya.

Keputusan Herman kala itu dianggap melangkahi posisi Soeharto sebagai Panglima Kostrad yang dinilai lebih berwenang.

Baca Juga: Pasca 14 Tahun Penjara, Pollycarpus Mantan Tersangka Kasus Pembunuhan Munir Kini Banting Setir Jadi Juragan Telur Asin Hingga Gabung ke Partai Besutan Tommy Soeharto

Seperti yang dituturkan oleh sejarawan Rushdy Hoesein dalam buku tersebut, Herman sempat merasa ketakutan dengan amukan mantan presiden tersebut.

Herman sadar betul apa yang dia lakukan memang agak gegabah.

Terlebih lagi, menurut Rusdhy Hoesein, Soeharto memang acap kali menunjukkan bahwa ia memiliki perangai yang pantang untuk dilangkahi.

"Kalau (pistol) itu meledak, mati gue,” kata Herman kepada Rusdhy Hoesein setelah bertahun-tahun kemudian.

Baca Juga: Mahasiswa S2 ITB Ditemukan Gantung Diri, Teman Korban Sempat Curiga dengan Tali Terlilit di Kusen Pintunya

Kendati demikian, Herman mengaku langsung meminta maaf kepada Soeharto saat itu karena telah membuat keputusan yang terburu-buru.

Meski dikenal tegas pada penentangnya, Soeharto rupanya masih sudi memaklumi kesalahan Herman Sarens dan memaafkannya.

Melansir Tribun Lampung saat Soharto menjabat sebagai Presiden RI, Herman Sarens Soediro diangkat sebagai Komandan Komando Satuan Tugas (Kosatgas) Supersemar dengan pangkat kolonel.

Karier militer Herman pun kian menanjak sebagai perwira tinggi berpangkat brigadir jenderal.

Baca Juga: Hidup Digerogoti Penyakit Langka dengan Kulit yang Selalu Melepuh, Kakak Beradik asal Lubukbatang Nangis Sedih: Kami Pengen Punya Teman

Atas rekomendasi Panglima ABRI, Jenderal Maraden Panggabean, Herman dipromosikan menjadi Komandan Korps Markas Hankam.

(*)

Editor : Tata Lugas Nastiti

Sumber : Tribun Lampung, Cuplikan Riwayat Kehidupan Herman Sarens Sudiro

Baca Lainnya