Sosok.ID - Air mata keluarga Carmi pecah ketika mendengar kabar salah satu anggota keluarganya tersebut masih hidup.
Pasalnya, Carmi tak pernah memberi kabar sejak 31 tahun yang lalu saat berpamitan untuk bekerja menjadi TKW di Arab Saudi.
Wanita asal kawasan Pesisir Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon tersebut akhirnya bisa diketahui keberadaannya oleh keluarga di Indonesia.
Tangis haru bahagia tak bisa tertahankan ketika kedua orangtua dari Carmi mendengar kembali suara dari anaknya tersebut.
Carmi binti Ilyas, adalah anak pertama dari sepuluh bersaudara dari pasangan Ilyas dan Warniah.
Sejak awal ketika mendengar bahwa Carmi berkeinginan untuk bekerja menjadi Tenaga Kerja Wanita sang ayah melarangnya untuk berangkat.
Sebagai seorang ayah, Ilyas tak tega membiarkan anak perempuannya tersebut mencari seuap nasi sampai kenegeri orang.
Namun keinginan Carmi tidak dapat dibendung oleh kedua orangtuannya.
Bahkan Carmi nekat untuk merubah tahun lahirnya agar segera dapat berangkat bekerja di Arab Saudi.
Carmi yang sebenarnya kelahiran 1971 merubah tahun kelahirannya 13 tahun lebih tua, yakni menjadi 1958.
Wanita asal Cirebon itupun akhirnya berangkat ke penampungan sementara TKW untuk menunggu giliran diberangkatkan ke negara tujuan bekerja.
Ilyas yang tak rela anaknya pergi bekerja sebagai TKW tersebut menyusul sang anak ke Jakarta.
Tempat anak gadisnya di tampung sebelum diberangkatkan ke luar negeri.
Tepatnya enam bulan setelah anaknya melangkah keluar dari rumah mereka di Cirebon.
Namun upaya yang dilakukan Ilyas sia-sia, sebab malam hari sebelum Ilyas sampai ke tempat penampungan tersebut, anaknya telah terbang menuju Arab Saudi.
Carmi berangkat ke Arab Saudi pada tahun 1987 atau satu tahun setelah lulus SD.
Tiga tahun pertama ia bekerja di Arab Saudi, Carmi sempat berkirim surat ke Indonesia dan mengabarkan bahwa ia bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Arab Saudi.
Berbarengan dengan surat tersebut Carmi berjanji mengirim uang untuk orang tuanya.
Di surat pertamanya ke Indonesia tesebut, ia sempat meminta dikirimkan foto kedua orangtuannya untuk pengobat rindu ketika ia mengingat orang yang ia kasihi tersebut.
Tak cuma foto, Carmi juga sempat meminta terasi khas dari daerahnya untuk dikirim ke Arab Saudi.
Itulah kali terakhir keluarga mendapatkan kabar dari Carmi.
Hingga tahun ke tujuh anak pertama dari 10 bersaudara tersebut, keluarga tak mendengar kabar darinya lagi.
Pihak keluarga bahkan kehilangan kotan dan berupaya mendatai perusahaan serta KBRI di Jakarta.
Ternyata perusahaan penyalur tenaga kerja yang memberangkatkan Carmi telah tutup dan bangkrut.
Ilyas juga sempat mendatangi kediaman Sarkum, tetangga yang memberangkatkan Carmi menjadi TKW.
Sampai berniat untuk melaporkan kehilangan Carmi ke polisi, namun niat mereka dicegah oleh tetangganya tersebut.
Upaya keluarga tak sampai disitu, hanya untuk memulangkan sang anak pertama, Ilyas dan Warniah menjual harta benda hanya untuk sekedar mengetahui keberadaan putri pertama mereka.
40 ton stok garam di gudang, ternak kambing dan sebagian harta mereka relakan demi untuk memulangkan sang anak.
Bahkan rumah mereka sempat akan digadai agar anaknya kembali ke pangkuan mereka.
“Berjuta-juta. Apa maning kie, apan diborek-kaken, borek-kaken engko sedina-dina bocah apan tinggal ning endi? (apa lagi ini rumah, mau digadaikan. Kalau digadai, nanti sehari-hari anak-anak mau pada tinggal dimana?),” kata Warniah, dikutip Sosok.ID dari Kompas.com.
Tahun 1995, keluarga sempat menemui jalan terang.
Carmi sempat terlacak oleh pihak keluarga, melalui Sofiyudin, salah satu anggota keluarga mengakui sempat berkomunikasi dengan Carmi.
Bahkan mereka sempat mendapatkan foto Carmi bersama majikan dan pihak kedutaan Arab Saudi.
Namun, Pil pahit harus mereka telan kembali.
Lagi, Carmi menghilang tanpa kabar setelah tahun 1995 tersebut.
"Setelah itu terus ga ada informasi apa-apa hingga saat ini,” ungkap Sofiyudin, dikutip dari Kompas.com.
Senin (5/8/19), kabar haru sekaligus bahagia didapat oleh keluarga pasangan Ilyas dan Warniah.
Sadullah, petugas KBRI Riyadh mengabarkna bahwa rumah majikan Carmi sudah ditemukan.
Pihak Atase Tenaga Kerja KBRI Riyadh telah mengumpulkan infomasi mengenai Carmi untuk mencari keberadaan Carmi di Arab Saudi sejak Juli 2019.
Dilansir dari akun Instagram KBRI Riyath, @KBRI_Riyadh, pada awal Agustus keberadaan Carmi terlacak oleh pihak KBRI Riyadh, berada 400 km dari ibu kota Arab Saudi.
Dengan usaha dan bantuan dari pihak pemerintahan Arab Saudi, akhirnya KBRI Riyadh bisa membawa Carmi keluar dari rumah majikan yang 31 tahun ia telah mengabdi sebagai pembantu rumah tangga.
Saat keluarga berkomunikasi via video call setelah 31 tahun tak bertemu, tangis haru pun pecah dari Ilyas yang saat ini telah berusia 85 tahun.
Tinggal selama 31 tahun di Arab Saudi membuat Carmi tak dapat berbahasa Indonesia bahkan juga tak dapat berbahasa daerah Cirebon.
Carmi berkomunikasi dengan keluarga dibantu oleh pihak KBRI Riyadh.
Ilyas dan Warniah sangat yakin bahwa perempuan itu adalah anaknya, bahkan Ilyas masih ingat tanda lahir di jari kaki anaknya.
“Baka beli percaya, sikile todokaken. Ditodokakek iya bener. Pada gemuyu kabeh. Iya ana lima jerijie, tapi sijie cilik. Tanda lahire kue. Pada bae ning kene, ning eti. (Kalau tidak percaya tunjukan kakinya. Setelah ditunjukan benar. Pada tertawa semua. Iya, jari jemarinya ada lima, tapi satunya pendek. Tanda lahirnya Carmi. Sama seperti di sini, sama Eti),” kata Ilyas, yang sulit berbahasa Indonesia kepada Kompas.com.
Saat ini pihak KBRI masih mengupayakan untuk meminta hak Carmi selama 31 tahun bekerja yang belum dipenuhi oleh majikannya.
Setelah hak upah Carmi telah dibayar oleh pihak majikan, Carmi akan segera dipulangkan ke Indonesia untuk kembali ke pelukan kedua orangtuanya dan keluarganya.(*)