Sosok.ID - Merasa terganggu dengan dengkuran sang ayah, seorang anak di Bekasi tega bunuh sang ayah hingga tewas.
Adalah Suherman, pelaku yang membunuh ayahnya, Juminta (65) sendiri lantaran terganggu dengan suara dengkurannya.
Tak tanggung-tanggung, Suherman tega membunuh ayahnya yang tengah tidur itu dengan cara memukulinya pakai linggis hingga tewas.
Dilansir Sosok.ID dari Tribun Jakarta dan Kompas.com, aksi pembunuhan ini terjadi di Kampung Kobak Sumur, Kecamatan Sukakarya, Bekasi, Sabtu (31/8/2019).
Kejadian berawal ketika dengkuran Juminta yang tertidur di ruang tengah terdengar sampai ke kamar Suherman.
Kesal suara dengkuran sang ayah menganggu tidurnya, Suherman tanpa pikir panjang langsung keluar kamar dan memukuli sang ayah dengan linggis.
Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Kapolsek Sukatani AKP Taifur, Suherman membacok kepala ayahnya sebanyak 3 kali dengan linggis.
Korban yang tengah tertidur pulas tak mengeluarkan suara sama sekali dan langsung tewas di tempat.
"Dia (tersangka), kesal kalau tidur ada suara dengkur atau ngorok segala macam.
Merasa terganggu lalu dia tersangka keluar dan mengambil linggis langsung menghantam ke korban yang sedang tidur.
Korban tewas menderita luka parah di bagian wajah dan kepala akibat dipukul," ungkap Kapolsek Sukatani AKP Taifur.
Usai melancarkan aksinya, Suherman pun kabur ke rumah kakaknya yang berjarak tak jauh dari rumah orang tuanya.
Pada pukul 05.00 WIB, Juminta ditemukan tak lagi bernyawa dengan luka parah pada bagian wajah dan kepala akibat benturan keras.
Sarni, istri Juminta yang menemukan suaminya dalam keadaan tewas langsung histeris meminta pertolongan warga dan melapor ke kepolisian.
Berdasarkan hasil pemeriksaan olah TKP, kepolisian mendapatkan informasi bahwa pelaku pembunuhan merupakan anak kandung korban sendiri.
Suherman lantas langsung dibekuk oleh kepolisian saat berada di rumah kakaknya bersama dengan barang bukti berupa linggis.
"Beberapa jam setelah kejadian, kami langsung amankan tersangka tidak jauh dari lokasi kejadian," ujar Kapolsek Sukatani, AKP Taifur, saat dikonfirmasi, Sabtu (31/8/2019).
Hingga kini pihak kepolisian masih menyelidiki motif di balik aksi pembunuhan yang dilakukan Suherman.
Polisi menduga ada masalah dengan kondisi kejiwaan pelaku.
Melansir Tribun Jakarta, Kapolsek Sukatani AKP Taifur mengatakan dari keterangan keluarga, sudah beberapa tahun belakangan pelaku menghadapi masa-masa sulit.
Diduga hal inilah yang ujung-ujungnya membuat Suherman depresi hingga tega membunuh ayahnya sendiri.
Sebelum kejadian nahas ini terjadi, Suherman dikenal sebagai sosok pria penuh semangat dan memiliki bisnis usaha barang rongsok yang cukup sukses.
Melansir Warta Kota, tak hanya sukses, Suherman rupanya adalah juragan lapak jual beli barang rongsok yang suka berbagi rejeki dengan warga sekitar.
Hal itu sempat diungkapkan oleh salah satu warga sekitar bernama Turiman yang mengaku telah lama mengenalnya.
"Dulu banyak uang, saat masih jadi bos limbah bos lapak. Dia baik juga, kalau lagi pulang ke rumah suka kasih rokok kopi aja sama bapak-bapak disini," ujar Turiman seperti yang dikutip Sosok.ID dari Warta Kota.
Akan tetapi, lima tahun yang lalu bisnis tersebut tiba-tiba saja bangkrut.
Lantaran bangkrut dan tak lagi bisa menafkahi keluarga, Suherman diceraikan oleh sang istri tepat setahun yang lalu.
"Memang dia dulu usaha lapak sukses, ya namanya usahakan lalu ngedrop, terus seiring berjalannya waktu, ditambah dengan masalah rumah tangga, dia pisah, intinya dia banyak pikiranlah," terang Kapolsek Sukatani AKP Taifur.
Sejak saat itu, kondisi kejiwaan Suherman mulai terganggu.
Suherman diketahui kerap menyendiri dan engga bersosialisi dengan warga di sekitarnya.
Tak hanya mendadak jadi pendiam, Suherman juga tiba-tiba saja berubah jadi tempramental.
Bila sedang emosi, Suherman kerap kali marah-marah dan berteriak-teriak dengan kedua orang tuanya.
Kini Suherman masih menjalani pemeriksaan di kantor kepolisian.
Selama pemeriksaan, pihak kepolisian di dampingin oleh pihak puskesmas setempat untuk mengawasi kondisi kesehatan Suherman.
"Puskesmas yang selama ini mengawasi kesehatannya juga sempat menyarankan keluarga agar dibawa ke rumah sakit jiwa.
Tapi dari keluarga karena mungkin aib, malu atau gimana ya, dia suka ngamuk, tapi kalau lagi sadar ya normal kaya orang biasa aja," pungkas Kapolsek Sukatani AKP Taifur.
(*)