Saat Serangan Mematikan Kopassus Buat Separatis Papua Kabur Usai Kepung Koramil Warmare

Selasa, 13 Agustus 2019 | 08:56
Angkasa

Serangan mematikan Kopassus

Sosok.ID - Tahun 1966, keadaan Bumi Cenderawasih sangat membara.

Kekacauan itu terjadi lantaran adanya pemberontakan dalam skala amat besar di sana.

Pemberontakan itu dipimpin oleh Lodewijk Mandatjan.

Lodewijk Mandatjan dan pengikutnya melakukan pemberontakan dari daerah Kepala Burung Irian Barat.

Baca Juga: 5 Bulan Tak Pulang, Gadis 16 Tahun Ditemukan Terikat Dalam Karung dan Tinggal Tulang

Pemberontakan terbesar ini terjadi lantaran Mandatjan berhasil memobilisasi 14 ribu warga suku Arfak yang menjadi pengikutnya untuk masuk hutan dan melawan pemerintah.

Dari hutan Mandatjan bersama anggotanya melakukan serangkaian kegiatan penghadangan, penyerangan dan pengacauan keamanan lainnya di kecamatan Warmare serta Ransiki.

Namun perlu diketahui jika Lodewijk Mandatjan bukanlah anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Mandatjan dan suku Arfak yang dipimpinnya memberontak karena buruknya keadaan ekonomi di Irian Barat saat itu.

Baca Juga: Kasyfi Kalyasyena, Pianis Muda Indonesia yang Berhasil Pukau Istri Donald Trump di Ajang Kompetisi Musik Internasional

Lodewijk Mandatjan sendiri ialah sebenarnya ialah seorang patriot pejuang Trikora saat Indonesia berusaha merebut Irian Barat dari Belanda.

Usaha-usaha Mandatjan dalam melakukan pemberontakan sangat meresahkan.

Hingga pada awal 1967 pos Komando Rayon Militer (Koramil) di Warmare Sektor-B diserang oleh puluhan separatis Mandatjan.

Sialnya, Koramil hanya dipertahankan oleh 6 orang prajurit TNI.

Meski begitu keenam anggota TNI itu tetap melawan dengan gigih.

Baca Juga: Usung Kampanye #SemuaBisaCantik, Stylo Ajak Wanita Milenial Lebih Cerdas Berbelanja Online Produk Kecantikan Sesuai Aturan BPOM

Kontak tembak sengit terjadi, selama seminggu kelompok separatis mengepung Koramil.

Keenam anggota TNI itu mulai menghadapi masalah menipisnya amunisi, kekurangan logistik, dan kurang tidur.

Bahkan satu orang anggota TNI gugur hingga jasadnya terpaksa dikuburkan dalam markas lantaran kepungan rapat musuh.

Dikutip dari Buku Sintong Panjaitan : Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, tim RPKAD (Kopassus) Irian Barat pimpinan Sintong Panjaitan yang ditugaskan di sana langsung disuruh menghadap Danrem 171/Manokwari Kolonel K.Sutrisno.

Tribunnews
Tribunnews

Sintong Panjaitan

Sintong yang baru saja menginjakkan kaki di bumi Cenderawasih langsung diperintahkan untuk membebaskan Koramil di Warmare.

Baca Juga: Usung Kampanye #SemuaBisaCantik, Stylo Ajak Wanita Milenial Lebih Cerdas Berbelanja Online Produk Kecantikan Sesuai Aturan BPOM

Tanpa menunggu lagi, tim RPKAD yang berkekuatan 50 personil langsung berangkat menuju lokasi menggunakan dua buah truk.

Petang hari tim RPKAD tiba di lokasi dan mereka langsung kokang senjata merangsek menyerbu musuh.

Serbuan mendadak tim RPKAD ini amat mengagetkan separatis.

Mereka tak sempat bereaksi melawan dan hanya bisa lari kelimpungan berusaha menyelamatkan diri.

Tak ayal mereka menjadi 'sitting duck' alias sasaran empuk tim RPKAD yang menyambar nyawa musuhnya dengan peluru panas.

Banyak anggota separatis yang tewas akibat 'ulah' pasukan Komando Indonesia itu.

Sementara di pihak RPKAD tak ada satu anggota pun terbunuh.

Akhirnya kelima personel TNI di Koramil Warmare berhasil dibebaskan berkat bantuan RPKAD. (Seto Aji/Sosok.ID)

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber : Sintong Panjaitan : Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando

Baca Lainnya