Bukan Dikubur, Ritual Orang Anga Papua yang Memajang Mayat Sampai Tercium Aroma Khas Jenazah

Senin, 12 Agustus 2019 | 10:36
BBC/Ian Lloyd Neubauer

Salah satu jenazah yang diawetkan oleh orang Anga.

Sosok.ID - Setiap daerah di dunia pasti mempunyai kebudayaan atau kepercayaan.

Tinggal sesama manusianya saja yang harus saling menghormati beragam kepercayaan itu.

Mengutip BBC via Intisari, Senin (12/8/2019) orang-orang Anga yang bermukim di Distrik Aseki, Papua Nugini, masih belum terjamah modernisasi.

Kawasan tempat tinggal orang-orang Anga bahkan sering tertutup kabut.

Baca Juga: Polisi Beberkan Fakta Sebenarnya Kronologi 4 Pemuda yang Diduga Kencingi Bendera Merah Putih

Mereka percaya jika kabut tersebut merupakan roh-roh para leluhur.

Hal itu dianggap wajar oleh orang-orang Anga karena mereka mempunyai ritual Aseki, yakni mengawetkan mayat leluhur.

Orang Anga mulai mengawetkan kematian seseorang di wilayahnya dengan tanah agar jasadnya tidak membusuk.

Proses pengawetan ini dilakukan dengan cara tradisional, yakni mengolesi tubuh jenazah dengan tanah merah.

Baca Juga: Kisah Personel Kopassus Diterjunkan ke Hutan Papua, Terkepung Suku Pedalaman dan Disuruh Makan Daging Babi Mentah

Usai itu jenazah dipajang pada semacam balai-balai.

Seiring berjalannya waktu, jenazah yang diawetkan ini mengeluarkan aroma khas.

Nah, orang-orang Anga biasanya akan menghisap aroma jenazah ini.

Praktik menghisap ini dikenal dengan istilah "roh haus" dan kemudian jenazah ditempatkan ke atas tebing.

BBC/Ian Lloyd Neubauer
BBC/Ian Lloyd Neubauer

Ritual menghirup aroma jenazah di Papua Nugini.

Jenazah-jenazah itu dijejerkan rapi dan sengaja diposekan sedemikan rupa.

Namun penampilan jenazah bisa dibilang menyeramkan.

Baca Juga: Begini Alasan Pemerintah DKI Jakarta Berikan Daging Olahan untuk Masyarakat, Agar Lebih Tahan Lama

Wajar saja lantaran mayat dilumuri tanah merah seakan seperti masih hidup.

Ada pula tumpukan tulang belulang manusia diantara jenazah-jenazah yang masih 'duduk' diatasnya.

Seorang pemuka agama orang-orang Anga, Loland mengatakan jika pengawetan mayat ini sudah dilakukan semenjak Perang Dunia I.(*)

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber : BBC

Baca Lainnya