Tidak Hanya Laki-laki, 4 Pahlawan Wanita Ini Juga Ikut Berperang Melawan Penjajah Belanda

Kamis, 08 Agustus 2019 | 06:00
pahlawancenter.com via Tribunwiki

Kolase pahlawan wanita yang ikut berjuang melawan penjajah

Sosok.ID- Mayoritas pahlawan nasional di Indonesia datang dari kalangan laki-laki.

Namun, ada pula kaum wanita yang ditetapkan sebagai pahlawan.

Seperti R.A. Kartini, yang memperjuangkan emansipasi wanita.

Ada pula Dewi Sartika yang juga memperjuangkan hal yang sama, terutama di bidang pendidikan.

Namun, selain memperjuangkan kesetaraan gender, ada juga pahlawan yang berjuang melawan penjajah.

Baca Juga: John Lie, si 'Hantu Selat Malaka' yang Menolak Gentar Ditodong Pasukan Belanda Saat Selundupkan Senjata untuk Ibu Pertiwi

Wanita-wanita ini terlibat langsung dalam perang melawan penjajah.

Melansir dari berbagai sumber, berikut 4 pahlawan wanita yang ikut terjun langsung melawan penjajah:

1. Martha Christina Tiahahu

pahlawancenter.com via Tribunwiki
pahlawancenter.com via Tribunwiki

Martha Christina Tiahahu

Martha Christina Tiahahu dinobatkan sebagai pahlawan nasional Indonesia termuda yang pernah ada.

Sebab, perjuangannya telah dimulai sejak ia berusia 17 tahun, melansir dari biografiku.com.

Saat itu, ia ngotot untuk ikut ayahnya, Kapitan Paulus Tiahahu ikut dalam sebuah pertemuan.

Baca Juga: Abdurrahman Baswedan, Kakek Anies Baswedan yang Berhasil Mendapatkan Pengakuan Kemerdekaan Indonesia Secara De Jure dan De Facto

Bahkan, gadis asal Maluku ini ikut andil dalam salah satu peperangan yang dipimpin oleh Kapitan Pattimura.

Peperangan besar itu terjadi di Ulath di Pulau Saparua.

Dalam peperangan itu, Martha berhasil mengobarkan semangat pasukan perang perempuan yang ia pimpin.

Peperangan itu juga menjadi yang pertama kali bagi Belanda menghadapi pasukan perempuan yang begitu fanatik.

Bahkan, salah satu pasukan perempuan itu berhasil membunuh Richemot, seorang pemimpin pasukan Belanda.

Baca Juga: Kisah Para Kupu-kupu Malam yang Peran Pentingnya dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Diakui oleh Soekarno

Martha dan Ayahnya sempat ditangkap oleh Belanda.

Kemudian mereka bersama beberapa tokoh perjuangan lainnya diinterogasi dan dihukum mati.

Namun, karena saat itu Martha masih sangat muda, ia dibebaskan.

Tapi sang ayah tidak dibebaskan dan dihukum mati.

Demi membebaskan ayahnya, Martha bahkan sampai merebahkan tubunya dihadapan Buyskes, orang yang menginterogasi mereka.

Baca Juga: Bentuk Nyata Pepatah 'Pahlawan Tanpa Tanda Jasa ' , 4 Sosok Pahlawan Nasional Ini Tak Dapat Ditemukan Jasadnya

Namun, usahanya itu sia-sia karena Buyskes tidak memperdulikan aksinya.

Sang ayah tetap dieksekusi mati.

Kemudian, untuk membalas kematian ayahnya, ia lebih gencar melakukan aksi gerilya hingga Belanda menangkapnya kembali.

Ia kemudian dibawa ke Jawa, namun meninggal dunia di tengah perjalanan karena jatuh sakit.

Jenazahnya kemudian dilarung di Laut Banda dengan penghormatan militer.

Baca Juga: Silas Papare, Mantan Mata-mata Amerika Asal Papua yang Jadi Pahlawan Nasional Atas Usahanya Bawa Bumi Cendrawasih Kembali ke Pelukan Ibu Pertiwi

2. Nyi Ageng Serang

pahlawancenter.com via Tribunwiki
pahlawancenter.com via Tribunwiki

Nyi Ageng Serang

Wanita yang bernama asli Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi ini sempat didapuk menjadi panglima perang.

Semua itu berkat strategi-strategi perang yang ia ciptakan untuk melawan Belanda.

Melansir dari Tribun Wiki, Ki Hajar Dewantara merupakan keturunannya.

Sementara, ia sendiri adalah keturunan Sunan Kalijaga.

Salah satu taktik wanita asal Purwodadi ini adalah mengelabuhi musuh dengan menyamar menggunakan daun talas.

Baca Juga: Putih, si Gadis Tomboy Penunjuk Jalan Rombongan Gerilya Jenderal Soedirman

Nyi Ageng Serang juga didapuk untuk menggantikan kedudukan ayahnya, Sultan Hamengku Buwono I.

Setelah raja bergelar Panembahan Serang itu meninggal dunia.

Nyi Ageng Serang meninggal dunia di usianya yang ke 76 tahun.

Jasadnya kemudian dimakamkan di Desa Beku, Kulonprogo.

Tempat dimana ia pernah bergerilya melawan Belanda.

Baca Juga: Admiral Isoroku Yamamoto, Otak Serangan Kilat Kekaisaran Jepang Saat Duduki Indonesia Pada Perang Asia Timur Raya

Sepeniggalnya, daerah Serang menjadi daerah yang merdeka.

3. Cut Nyak Meutia

pahlawancenter.com via Tribunwiki
pahlawancenter.com via Tribunwiki

Cut Nyak Meutia

Cut Nyak Meutia, adalah perempuan Aceh yang bergerilya melawan Belanda sejak tahun 1901.

Melansir dari Tribun Wiki, Cut Nyak Meutia merupakan anak perempuan satu-satunya dalam keluarga.

Ia menikah dengan Pang Naggroe setelah suaminya, Teuku Tjik Tunong, meninggal dunia karena dihukum mati oleh Belanda.

Selama mengangkat senjata, ia berhasil menyerbu pos-pos Belanda.

Baca Juga: Kisah Perjuangan, Memotong Rel Kereta Api Sepanjang 20 Meter Demi Balas Dendam Kematian Kawan Seperjuangan

Bahkan membunuh dan merampas senjata tentara Belanda pada tahun 1907.

Walaupun suaminya, Pang Nanggroe gugur karena ditembak Belanda, ia tetap berjuang untuk tanah air.

Hingga akhirnya ia gugur pada tanggal 24 Oktober 1910 di Alue Kurieng, Aceh.

4. Cut Nyak Dien

pahlawancenter.com via Tribunwiki
pahlawancenter.com via Tribunwiki

Cut Nyak Dien

Cut Nyak Dien juga merupakan pahlawan nasional wanita yang berasal dari Aceh.

Ia merupakan keturunan panglima militer.

Baca Juga: Silas Papare, Mantan Mata-mata Amerika Asal Papua yang Jadi Pahlawan Nasional Atas Usahanya Bawa Bumi Cendrawasih Kembali ke Pelukan Ibu Pertiwi

Cut Nyak Dien mulai terjun ke medan perang saat Belanda menyatakan perang kepada Aceh.

Melansir dari Tribun Wiki, saat itu, Belanda bahkan mengerahkan 3.198 prajurit.

Namun, pasukan rakyat Aceh berhasil memenangkan pertempuran serta membunuh pimpinan Belanda, Johan Harmen Rudolf Kohler.

Kemudian, di pertempuran-pertempuran selanjutnya, salah satu pejuang, Teuku Umar, melamar Cut nyak Dien.

Awalnya ia menolak pinangan tersebut.

Baca Juga: Syafruddin Prawiranegara, Dilema Siapa Presiden Kedua Indonesia

Namun, karena Teuku mengijinkannya untuk ikut berperang, ia pun menerima lamarannya.

Akhirnya mereka menikah pada 1880 dan melanjutkan perjuangan melawan Belanda bersama-sama.

Kemudian, pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dien meninggal dunia.

Makamnya ditemukan sekita 50 tahun kemudian, yaitu pada 1960.(*)

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber : tribunnews, national geographic, biografiku.com, Pahlawancenter.com, tribunnewswiki.com

Baca Lainnya