Peristiwa Kudatuli, Saat DPP PDI Megawati Soekarnoputri Tak Diakui Oleh Pemerintah Indonesia

Sabtu, 27 Juli 2019 | 11:49
Kompas.com/CLARA WRESTI

Aksi kerusuhan 27 Juli 1996

Sosok.ID - Hari ini Sabtu 27 Juli 2019 tepat 23 tahun lalu peristiwa Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli" atau disingkat dengan Kudatuli terjadi pada 1996.

Peristiwa ini bertempat di Kantor DPP PDI, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.

Mengutip Kompas.com, Sabtu (27/7/2019) saat itu terjadi pengambilalihan dengan paksa Kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Jakpus oleh massa pendukung Soerjadi.

Peristiwa ini disebabkan lantaran kelompok pendukung Soerjadi hasil Kongres PDI Medan tidak menerima keputusan Kongres Jakarta yang memenangkan Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum partai berlambang kepala Banteng tersebut.

Baca Juga: Viral Perempuan 'Siap Digilir' untuk Lunasi Utang, Waspada! Begini Modus Fintech Incash Gaet Korbannya

Mengutip Harian Kompas yang terbit 23 Juli 1993, Soerjadi memang secara aklamasi terpilih seagai Ketum PDI seerta merangkap sebagai ketua formatur penyusunan DPP.

Akan tetapi Soerjadi disebut-sebut terlibat dalam penculikan kader.

Hal ini membuat PDI mengadakan Kongres Luar Biasa 9KLB) di Kota Pahlawan, Surabaya.

Langkah selanjutnya PDI mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) di Jakarta pada 22 Desember 1993.

Baca Juga: Tampilkan Adegan Pria Pakai Busana Layaknya Wanita, Program Brownis TransTV Terancam Dihentikan KPI

Dalam Munas itu ditetapkan jika Megawati ialah ketum PDI kepengurusan 1993-1998.

Sedangkan Soerjadi sendiri terpilih menjadi ketum PDI pada 22 Juni 1996 di Kongres Medan periode kepengurusan 1996-1998.

Menurut Kepala Staf Sosial Politik ABRI saat itu, Letjen Syarwan Hamid, pemerintah mengakui DPP PDI hasil Kongres Medan.

Dengan demikian, pemerintah tidak mengakui adanya DPP PDI pimpinan Megawati.

Meski begitu aktivis dan mahasiswa yang menentang rezim Soeharto memberikan dukungannya kepada Megawati.

Baca Juga: Bukan Hanya Gerobak Amunisinya Saja yang Disita, Jika Berniat TNI Bisa Ratakan KKB Egianus Kogoya dengan Trio Alutsista Mematikan Ini

Dukungan itu dipusatkan di Kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro.

Berbagai upaya penyelesaian sengketa di tubuh PDI ini tak berhasil hingga akhirnya terjadi bentrokan.

KOMPAS/ARBAIN RAMBEY
KOMPAS/ARBAIN RAMBEY

Megawati Soekarnoputri di tahun 1998.

Pada 27 Juli 1996 tersebut massa PDI pendukung Soerjadi berdatangan ke lokasi pukul 06.20 WIB.

Massa pendukun Soerjadi mengenakan kaus merah bertuliskan DPP PDI Pendukung Kongres Medan dengan ikat kepala.

Sebelum kerusuhab pecah, massa kedua kubu melakukan dialog dan meminta agar kantor dinyatakan status quo.

Namun, kesepakatan tidak tercapai.

Usai itu, pada pukul 06.35 WIB terjadi bentrokan di antara kedua kubu.

Massa pendukung Soerjadi melempari Kantor DPP PDI dengan batu dan paving block.

Baca Juga: Rupanya Orang Inilah Dibalik Terciptanya Pekerjaan Rumah atau PR Bagi Para Siswa Sekolah

Tak mau berdiam diri, massa pendukung Megawati pun membalas dengan benda seadanya di sekitar halaman kantor.

Kemudian, mereka berlindung di dalam gedung kantor sebelum akhirnya diduduki massa pendukung Soerjadi.

Pukul 08.00 WIB aparat keamanan datang dan langsung mengambil alih Kantor DPP PDI.

Lantas, pihak berwajib menyatakan Kantor DPP PDI sebagai area tertutup dan tak boleh dilewati.

Bahkan wartawan dan media dilarang melewati garis polisi yang terpasang disana.

Kantor itu juga dijaga ketat oleh pasukan anti huru-hara.

Pada pukul 08.45 WIB, aparat mulai mengangkut sekitar 50 warga pendukung Megawati yang tertahan di kantor dengan menggunakan tiga truk, sementara 9 orang lainnya diangkut dengan dua ambulans.

Baca Juga: Keren, Begini Komentar Dian Sastrowardoyo Tentang Viral Lulusan UI Tolak Gaji 8 juta

Selepas itu, pada pukul 11.00 WIB, massa yang memadati ruas Jalan Diponegoro dan sekitarnya terus membengkak dari ratusan orang menjadi ribuan.

Disamping itu aktivis LSM beserta mahasiswa menggelat akis mimbar bebas yang bertempat di bawah jembatan layang kereta api di dekat stasiun Cikini.

Tiba-tiba saja mimbar itu beralih ke Jalan Diponegoro.

Sontak peserta aksi langsung terlibat bentrok dengan aparat keamanan.

Kompas/Eddy Hasby
Kompas/Eddy Hasby

Penyerbuan kantor PDI di Jalan Diponegoro oleh pendukung kubu Soerjadi berakhir dengan bentrokan antara massa dan aparat keamanan di kawasan Jalan Salemba, Jakarta Pusat, 27 Juli 1996. Sebelumnya, kantor PDI diduduki massa pendukung Megawati.

Bukannya mereda, semakin siang bentrokan meningkat, pada pukul 13.00 WIB aparat bahkan menambah kekuatan disana.

Kemudian, massa terdesak mundur ke arah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Jalan Salemba.

Massa yang beringas kemudian membakar tiga bus kota, beberapa bus tingkat dan gedung-gedung yang ada di Jalan Salemba.

Baca Juga: Brigadir R, Polisi yang Tembak Rekannya Hingga Tewas Lantaran Emosi, Dipecat Dari Kepolisan dan Terancam Hukuman Mati

Merespons keadaan ini, aparat mendatangkan lima panser, tiga kendaraan militer khusus pemadam kebakaran, 17 truk, dan sejumlah kendaraan militer lain pada pukul 16.35 WIB.

Setelah itu, massa membubarkan diri dan akhirnya pada pukul 19.00 WIB, api dapat dipadamkan.

Setelah kejadian, sebanyak 171 orang ditangkap karena melakukan perusakan dan pembakaran.

Dari jumlah tersebut, 146 orang merupakan massa pendukung Megawati dan oknum lain, sementara 25 orang merupakan massa pro-Soerjadi.

Kerusuhan hari itu mengakibatkan 22 bangunan rusak, seperti Gedung Persit Chandra Kartika milik Angkatan Darat lalu Bank Kesawan dan Bank Exim.

Massa juga membakar bangunan lain seperti Bank Swarsarindo Internasional, Show Room Toyota, Bank Mayapada, dan gedung Departeman Pertanian.

Selain itu, kerusuhan juga mengakibatkan terbakarnya 91 kendaraan, termasuk lima bus kota dan 30 kendaraan yang ada di ruang pameran, serta dua sepeda motor. (*)

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber : Kompas.com, harian kompas

Baca Lainnya