"Waktu itu saksi anak ini (AG) lagi di sekolah, sudah pulang sekolah. Si tersangka ini harusnya magang, dia (malah) menjemput AG, layaknya orang pacaran seperti biasa," ujar Mangatta, Jumat (24/2/2023), seperti dikutip dari Kompas.com.
"Tidak ada perencanaan (penganiayaan) sama sekali, karena awalnya memang mau mengambil kartu pelajar," imbuh dia.
Mangatta membeberkan, A sedari awal juga telah berulang kali mengingatkan Mario untuk tak macam-macam pada David.
Saat itu, Mario mendapat informasi bahwa A mendapat perlakuan tak menyenangkan dari David.
"Klien kami sudah mengingatkan tersangka dua sampai tiga kali. Bahkan sesaat setelah turun dari mobil, AG ingatkan Mario sekali lagi untuk tak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan," kata Mangatta.
Namun, Mario tak menghiraukan peringatan A.
A pun hanya bisa terdiam lantaran syok melihat Mario menganiaya David.
Mangatta juga membantah bahwa A yang merekam penganiayaan tersebut dan selfie di dekat tubuh David yang sudah tak berdaya.
"Malah dia (AG) sempat nge-freeze, itu juga sudah dikonfirmasi ke psikolog bahwa tindakan (mematung) yang dilakukan oleh saksi anak ini memang bentuk psikologis yang nge-freeze, yang diam, ketika melihat tindakan (penganiayaan) tersebut," beber Mangatta.
Menurutnya, justru A lah orang yang meminta pertolongan untuk David yang sudah terkapar.
"Selfie di atas tubuh D itu sama sekali tidak benar. AG justru dengan rasa kemanusiaan, tangan kirinya memegang D karena dia sedih dengan kejadian ini, dia memegang kepalanya," kata Mangatta.