Sosok.ID -Semua apotek diperintahkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) guna tidak menjual obat bebas ataupun obat bebas terbatas dalam bentuk cair untuk sementara waktu.
Instruksi ini menyusul merebaknya kasus gangguan ginjal akut misterius atau gangguan ginjal akut progresif atipikal yang menyerang anak-anak, umumnya balita.
Instruksi tertuang dalam Surat Edaran (SE) Nomor SR.01.05/III/3461/2022 mengenai Kewajiban Penyelidikan Epidemiologi dan Pelaporan Kasus Gangguan Ginjal Akut Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) yang menyerang anak-anak.
"Seluruh apotek untuk sementara tidak menjual obat bebas dan/atau bebas terbatas dalam bentuk syrup kepada masyarakat sampai dilakukan pengumuman resmi dari Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan," tulis instruksi tersebut, dikutip dari Kompas.com, Rabu (19/10/2022).
Instruksi tersebut ditandatangani oleh Plt Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Murti Utami.
Instruksi tersebut juga meminta agar para nakes tidak meresepkan obat berbentuk cair sementara waktu.
"Tenaga Kesehatan pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan untuk sementara tidak meresepkan obat-obatan dalam bentuk sediaan cair/syrup sampai dilakukan pengumuman resmi dari Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan," sebutnya.
Sementara itu, apabila sudah ditemukan gangguan ginjal akut pada anak, fasyankes harus merujuk pasien tersebut ke rumah sakit yang memiliki dokter spesialis ginjal anak dan fasilitas hemodialisis (cuci darah) anak.
Jika fasyankes tidak memiliki fasilitas ruangan intensif berupa High Care Unit (HCU) dan Pediatric Intensive Care Unit (PICU), rujukan perlu dilakukan.
"Penatalaksanaan pasien oleh rumah sakit mengacu pada Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor HK.02.02/I/3305/2022 tentang Tata Laksana dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Atipikal Pada Anak di Fasilitas Pelayanan Kesehatan," tulis instruksi.
Fasyankes juga perlu bersama dinas kesehatan memberikan edukasi agar orangtua lebih waspada, terutama jika memiliki anak dengan usia di bawah 6 tahun dengan gejala gangguan ginjal.
Gejalanya antara lain penurunan volume atau frekuensi urine maupun tidak ada urine, dengan atau tanpa demam/gejala prodromal lainnya.
Segera menuju ke klinik, rumah sakit, atau fasilitas kesehatan terdekat jika temukan gejala tersebut pada anak Anda.
Kemudian untuk pencegahan, orangtua dengan anak usia balita untuk sementara tidak mengonsumsi obat-obatan yang didapat secara bebas tanpa anjuran dari tenaga kesehatan yang kompeten sampai dilakukan pengumuman resmi dari pemerintah.
"Perawatan anak sakit yang menderita demam di rumah lebih mengedepankan tata laksana non farmakologis seperti mencukupi kebutuhan cairan, kompres air hangat, dan menggunakan pakaian tipis," jelas instruksi.
Berdasarkan data IDAI, terdapat 192 kasus gangguan ginjal akut misterius di 20 provinsi sampai Selasa (18/10/2022).
Data ini berasal dari cabang IDAI yang diterima dan merupakan kasus kumulatif sejak Januari 2022.
Rinciannya pada Januari ada 2 kasus, Maret 2 kasus, Mei 6 kasus, Juni 3 kasus, Juli 9 kasus, Agustus 37 kasus, dan September sebanyak 81 kasus.
Kasus gangguan ginjal akut ini menurut sebaran paling banyak tersebar di DKI Jakarta, total mencapai 50 kasus.
Jawa Barat adalah lokasi terbanyak kedua dengan 24 kasus, Jawa Timur 24 kasus, Sumatera Barat 21 kasus, Aceh 18 kasus, Bali 17 kasus.
Provinsi lainnya berkisar antara 1-2 kasus.