Artinya: "Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia."
Nabi Zakaria AS tidak menyangka dan merasa bingung, bagaimana bisa dia sudah menginjak usia senja sementara istrinya tidak bisa memiliki keturunan (mandul).
"Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal istriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua." (Q.S Maryam: 8).
"Tuhan berfirman: "Demikianlah." Tuhan berfirman: "Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesunguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali". (Q.S Maryam: 9).
Ia pun meminta pertanda kepada Allah SWT bagaimana isterinya akan mengandung putra yang shaleh atas jawaban dari doa yang ia panjatkan.
"Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda." Tuhan berfirman: "Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat." (Q.S Maryam: 10)
Menurut tafsir Ibnu Katsir, ayat tersebut menjelaskan tentang pertanda yang mengawali akan datangnya apa yang telah dijanjikan Allah SWT kepadanya.
Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Zakaria AS untuk menahan lisannya agar tidak berbicara selama tiga malam, sedangkan Nabi Zakaria AS dalam keadaan sehat wal afiat.
Tidak sakit dan tidak mengalami gangguan kesehatan.
Pendapat tersebut juga dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Wahb, AS-Saddi, dan Qatadah, bahwa ia (Zakaria AS) menahan lisan bukan karena sakit atau mengalami gangguan kesehatan.
Ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan, selama waktu itu Nabi Zakaria hanya dapat membaca kitab dan bertasbih, serta tidak dapat berbicara dengan kaumnya kecuali dengan isyarat saja.
Setelah mendapatkan pertanda, Nabi Zakaria AS langsung menemui kaumnya untuk bertasbik di waktu pagi dan petang.