Follow Us

Soekarno pun Dekat dengan PKI, Beginilah Kondisi Ketika PKI Jadi Partai Komunis Terbesar Ketiga di Dunia

Dok Grid - Senin, 02 Oktober 2023 | 10:31
DN Aidit (kanan) berbincang dengan Presiden Soekarno.
DOK. KOMPAS

DN Aidit (kanan) berbincang dengan Presiden Soekarno.

Sebelum mencapai 1965, PKI tumbuh dari partai kecil dengan anggota kurang dari 8000 orang sampai partai raksasa beranggotakan 3 juta warga.

Ada lagi pengikutnya sejumlah 3 juta anggota di kelompok pemuda Komunis, dan serangkaian organisasi yang mengklaim mereka mendukung 14 juta orang lainnya, yang memberikan PKI total 20 juta pengikut.

Perubahan drastis terjadi akibat G30S/PKI, yang membuat PKI pecah dan hancur, para pemimpinnya pun terbunuh.

Sisa-sisa anggota PKI dibantai dengan arahan dan dukungan oleh banyak lembaga di Jawa Timur oleh anggota Partai Nahdahul Ulama, serta di Jawa Tengah dan Bali oleh anggota Partai Nasionalis Indonesia (PNI).

Ratusan ribu anggota dan pengikut PKI pun meregang nyawa.

Pengadilan memutuskan ketua PKI, D.N. Aidit, bersalah atas pembantaian keenam jenderal, tujuannya diklaim pengadilan mempercepat proses pengambilalihan Komunis dan menyingkirkan kelompok yang benar-benar menentangnya.

Di bawah kepemimpinan Aidit, kebijakan PKI berevolusi dari gradualisme sabar 1951-1963 menjadi penggunaan kekerasan tahun 1965.

Dari 1963-1965, Aidit kehilangan kesabaran terhadap doktrin 'revisionis' yang ia dapatkan dari Partai Komunis Uni Soviet dan dari dukungan Pemerintah Soviet.

Pendekatan dengan Partai Komunis China dan ketergantungan dukungan dari penguasa di Peking menggantikan hubungan sebelumnya dengan Uni Soviet.

Lantas bagaimana sebenarnya komunisme tumbuh di Indonesia?

PKI dimulai dengan dibentuknya organisasi Marxisme pertama di Hindia Belanda, yaitu Indische Sociaal Democratische Vereniging (The Indies Social Democratic Association / ISDV) atau Perkumpulan Sosial Demokratis Hindia yang dibentuk di Surabaya 9 Mei 1914 oleh H.J.F.M. Sneevliet, pria Belanda muda yang sampai di Hindia tahun sebelumnya.

Ia kemudian menggunakan pseudonym Maring dan memainkan peran penting dalam pergerakan Komunis internasional.

Editor : Sosok

Baca Lainnya

Latest