Bahkan dia adalah konseptor pertama Republik Indonesia.
Bukti ini tertuang dalam salah satu opus magnum-nya, Naar de Republiek Indonesia, buku yang ia susun tahun 1925 saat masih di Belanda.
Bahkan buku ini merupakan pegawangan wajib para tokoh pergerakan nasional, termasuk Soekarno sendiri.
Pada akhirnya, Tan Malaka memang tidak tidak bisa hadir pada saat proklamasi. Namun perannya tetap penting.
Tan Malaka memang tidak bisa muncul seenaknya. Sebab dia masih berstatus sebagai buronan pemerintah militer Jepang.
Namun 3 minggu setelah Indonesia merdeka, Soekarno menyuruh Sayuti Melik mencari Tan Malaka.
Tak hanya itu, dalam sebuah kesaksiannya yang pernah dimuat di Sinar Harapa 1976, Sayuti mengatakan bahwa Soekarno pernah berpesan kepada.
Kata Soekarno, jika terjadi sesuatu dengan dirinya dan Hatta, dia meminta kepada Tan untuk mengganti posisi dirinya.
Namun amanah Soekarno itu ditanggapi dengan biasa oleh Tan.
Bahkan dia tetap menjadi tokoh yang dikejar-kejar hingga dia meninggal dunia pada 1049 di ujung bedil tentara republik di seputaran Kediri, Jawa Timur.