Follow Us

Tabuh Genderang Perang, Termasuk Indonesia, Asia Tenggara Akan Jadi Medan Perang China dan AS, Ini Sebabnya

May N - Rabu, 03 Agustus 2022 | 07:54
Potret Presiden Jokowi saat bertemu Presiden China XI Jin Ping
Kontan.co.id

Potret Presiden Jokowi saat bertemu Presiden China XI Jin Ping

Sosok.ID - Asia Tenggara mendapatkan lebih banyak perhatian karena persaingan antara Cina dan Amerika Serikat memanas.

Wilayah pasar negara berkembang yang luas dan beragam terbentuk sebagai medan pertempuran geopolitik dan ekonomi utama, tetapi mungkin juga menawarkan peluang untuk kolaborasi Tiongkok-AS, kata para analis.

Dalam tanda terbaru tentang pentingnya kawasan itu, Presiden Indonesia Joko Widodo melakukan kunjungan kenegaraan pertama oleh seorang pemimpin asing ke China sejak Olimpiade Musim Dingin pada bulan Februari.

Selama dua hari di Beijing mulai 25 Juli, Jokowi bertemu dengan Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri Li Keqiang.

Sesi-sesi itu "menggarisbawahi pentingnya kedua negara dalam hubungan bilateral," kata Xi.

Indonesia dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di mana negara itu berada merupakan landasan penting diplomasi regional China.

Blok 10-anggota, mengelilingi jalur air strategis yang menghubungkan Asia Timur dengan Timur Tengah dan Afrika, telah menjadi ekonomi terbesar ketiga di Asia dan terbesar kelima di dunia.

Populasinya yang berjumlah 700 juta dan kebijakan yang berwawasan ke luar memberikan potensi pertumbuhan yang luar biasa bagi kawasan ini.

Tahun ini kawasan tersebut akan semakin terlihat karena menjadi tuan rumah tiga acara internasional: KTT ASEAN di Kamboja, KTT G-20 di Indonesia dan pertemuan organisasi Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik yang beranggotakan 21 negara di Thailand.

Dunia sedang menyaksikan bagaimana ASEAN memainkan perannya sebagai jembatan potensial dalam dialog diplomatik tingkat tinggi, terutama antara China dan AS, dalam konteks meningkatnya ketegangan geopolitik dan perang berkepanjangan Rusia di Ukraina.

Di tengah hambatan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi dan perang, negara-negara Asia Tenggara yang dipimpin oleh Indonesia tidak ingin terlibat dalam konflik apa pun dan khawatir tentang kegagalan mekanisme multilateral untuk kerja sama internasional, kata Luo Yongkun, wakil direktur dan profesor penelitian asosiasi di Institut Studi Asia Tenggara dan Oseania dari Institut Hubungan Internasional Kontemporer China di Beijing.

Berfokus pada pemulihan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan sambil menyelesaikan perselisihan melalui langkah-langkah diplomatik telah menjadi konsensus umum di antara negara-negara Asia termasuk China dan ASEAN, kata Luo.

Editor : May N

Baca Lainnya

Latest