Ketika Pemilu 2004, sikapnya sempat disalahartikan para wartawan, hingga ditulis di media siap menjadi calon presiden.
Fotonya juga dijejerkar dengan anak-anak Soekarno lain yang mencalonkan diri.
"Waktu itu saya ditanya wartawan, saya jawab, 'Insya Allah'," katanya menjelaskan peristiwa yang sempat membuat dirinya merasa tidak enak itu.
Padahal berniat saja belum. Syukurlah hubungannya dengan kakak-kakaknya tidak terganggu.
Setiap lebaran, ia sempatkan bersilaturahmi ke rumah mereka.
Tentang mitos satrio piningit, Gempar mencoba menyikapinya secara lebih bijaksana.
Satrio piningit menurutnya adalah bentuk kepemimpinan yang mampu mendatangkan pembaruan dan kemakmuran kepada rakyat. Bisa saja mulai dari Hayam Wuruk, Amangkurat I, Soekarno, termasuk Soeharto.
"Kalau saya disebut begitu, 'amin' sajalah. 'Kan tidak rugi disebut satrio piningit." Gempar menjawab santai.
(Artikel ini pernah tayang di Majalah Intisari November 2009 dengan judul Mengapa Saya Bernama Gempar Soekarno Putra)