Brigjen Hendra bersama rombongan polisi yang mendatangi rumahnya mengatakan bahwa CCTV di TKP memang ada namun posisinya bukan di kamar utama.
"Alasan mereka, bawahan dari Pak Hendra berpangkat Kombes, kalau rumah dinas memang CCTV tidak sebanyak di rumah pribadi," kata Samuel.
Keanehan kedua, polisi kepada keluarga korban menyebut jarak adu tembak antara Brigadir J dan Bharada E yakni 5-7 meter, namun di hadapan publik, polisi menyebut jarak tembak 10 meter.
Samuel menilai, tak mungkin anaknya yang seorang sniper jitu gagal melepaskan tembakan kepada Bharada E.
"Anak saya pintar. Untuk itu, dia ditarik ke Mabes Polri. Tak mungkin dari 7 tembakan, tak satupun mengenai tubuh Brada E," kata Samuel.
Karenanya keluarga Brigadir J memohon agar tak ada tyang ditutupi di balik kematian putranya.
Ia juga mendesak agar pihak kepolisian mengembalikan tiga ponsel Brigadir J.
"Jangan ada yang ditutup-tutupi. Kalau memang anaknya salah, buktikan kesalahannya itu. Buka semua bukti, buka itu CCTV dan kembalikan ponsel anak saya," kata dia.
Polisi menyebut seluruh ponsel Brigadir J menghilang.
Selain itu, Bibi Brigadir J, Rohani juga meragukan klaim yang menyebut keponakannya sempat melakukan pelecehan seksual.
Apalagi Brigadir J adalah sosok yang sangat dipercaya oleh Irjen Sambo.
"Mustahil itu (melakukan pelecehan). Yosua (Brigadir J) itu baik dan sangat menghormati atasannya," tutur Rohani.