Sosok.ID -Di tengah sengitnya pertempuran antara RusiaversusUkraina yang semakin memanas, terbongkar hal mengejutkan.
Hal mengejutkan tersebut berkaitan dengan salah satu pasukan elite dari salah satu negara di Eropa yang diduga ikut campur dalam pertempuran Rusia dengan Ukraina.
Dugaan adanya pasukan elite dari negara lain itu dibongkar sendiri oleh sosok pemimpin Rusia, Vladimir Putin.
Melansirdari Kompas.com, Vladimir Putin dalam sebuah kesempatan, mengakuioperasi militerRusia yang diperintahkan olehnyamemang bertujuan untuk perampasan wilayah Ukraina.
Di sisi lain, ternyata sekutu Ukraina kini diketahui mulai bergerak dan ikut mengambil peran dalam pertempuran melawan Rusia.
Salah satunya seperti Inggris yang disebut-sebut telah ikut membantu di tengah peperangan mematikan tersebut.
Bahkan lebih mengejutkan lagi, diketahuiada pasukan khusus yang bergerak di bawah bayang-bayang untuk menumbangkan Rusia secara perlahan.
Mengutipdari Kompas TV, diketahui ada sekelompok mantan pasukan khusus Inggris atau SAS yang mulai bergerak.
Pergerakan dari mantan pasukan elite Ratu Elizabeth tersebut dilaporkan telah memberikan kerusakan bagi Rusia di Ukraina.
Setidaknya disebutkan ada12 unit mantan SAS dilaporkan telah berperan membunuh 20 jenderal Rusia di Ukraina.
Secara tak terduga ternyata pasukan elite SAS itu dilaporkan telah menghabiskan waktu selama enam pekan menargetkan para perwira Rusia.
Selain itu, pasukan tersebut juga telah membunuh 15 tentara bayaran Rusia, kelompok Wagner, dalam penyergapan bulan lalu.
“Mereka memiliki sekitar 120 tahun pengalaman pasukan khusus jika digabungkan,” tutur sebuah sumber kepada Daily Star.
“Mereka sepenuhnya mandiri dan memiliki akses ke bahan peledak, senjata, dan amunisi. Setidaknya dua di antara mereka adalah petugas medis tempur yang terlatih,” tambahnya.
Mantan tim SAS itu, semuanya dilaporkan sebagai veteran perang di Irak dan Afghanistan, berusia 29 hingga 62 tahun.
Beberapa dari mereka dipercaya pernah bertugas di Detasemen L, unit cadangan SAS.
Dipahami mereka direkrut melalui grup WhatsApp untuk mantan anggota resimen yang berbasis di Hereford, Inggris.
Inggris dikabarkan juga telah membantu melatih beberapa pasukan Ukraina dalam metode penyergapan.
Sumber itu juga menegaskan bahwa pasukan itu telah berjanji untuk tetap tinggal di Ukraina hingga akhir perang.
Selain itu mereka menegaskan tak akan ditangkap tentara Rusia hidup-hidup.
“Mereka mengatakan tak boleh ditangkap dan menjadi tahanan, karena akan disiksa, diadili dan dieksekusi sebagai tentara bayaran asing,” katanya.
Pada pekan ini, dua prajurit Inggris yang berperang sebagai angkatan bersenjata Ukraina, dihukum mati oleh Rusia, melalui pengadilan buatan di Donetsk.
(*)