Tak berselang lama, Poniman baru menyadari rupanya Pratu Suparlan tak tampak dalam barisan kelompok yang baru saja menyelamatkan diri.
Ternyata, di saat yang bersamaan, Suparlan tengah berjibaku dan mati-matian menahan serangan pasukan Fretilin.
Hujan peluru menghantam tubuhnya.
Tak peduli dengan berondongan peluru musuh, Pratu Suparlan tetap memberikan perlawanan tanpa ampun hingga amunisinya benar-benar habis.
Dalam kondisi tubuh terluka parah dan amunisi kosong, Pratu Suparlan tak mengendurkan perlawanan.
Ia berlari ke semak belukar dan kemudian menghunuskan pisau komandonya ke tentara Fretilin.
Disebutkan, enam anggota Fretilin tewas setelah dilumpuhkan Pratu Suparlan menggunakan pisau komandonya.
Sisa tenaga Pratu Suparlan kemudian terkuras habis.
Hujan peluru musuh pun kembali mengenai tubuh dan membuatnya kekurangan darah.
Ia tak mampu berdiri lagi.
Dalam kondisi duduk, Pratu Suparlan dikepung musuh yang mengarahkan tembakan ke lehernya.