Dengan kedatangan Bangsa Belanda, sebagian masyarakat Indonesia mulai terpengaruh budaya kuliner Belanda dan mengalami perubahan selera.
Menyajikan kue-kue kering di atas meja bahkan sempat dianggap menunjukkan derajat sosial seseorang.
Ketika itu, masyarakat kalangan menengah atas enggan menyajikan makanan dari sagu, tepung, beras, tepung ketan, dan sejenisnya.
“Masyarakat Indonesia mulai merasa kue tradisional itu teksturnya lengket, kemudian tidak awet, tapi kalau kue-kue kering disajikan berhari-hari pun, berminggu-minggu pun akan tetap awet untuk disajikan termasuk dalam momen lebaran,” lanjut Fadly.
Namun seiring berjalan waktu, kue kering bukan lagi patokan derajat sosial seseorang.
Saat ini rumah ke rumah kerap ditemui kue kering. (*)
Baca Juga: Rayakan Lebaran Dengan Makan Ketupat Tapi Takut Cepat Basi? Begini Cara Mengakalinya!