Sosok.ID - Dunia internasional kini tengah disita perhatiannya dengan peperangan yang terjadi antara militer Rusia vs militer Ukraina sebulan terakhir.
Bahkan gegara pecahnya pertempuran Rusia vs Ukraina tersebut banyak pakar militer yang menyebutkan hal ini bisa jadi momen terjadinya perang dunia ketiga.
Bukan tanpa alasan, ada sejumlah hal yang mendasari perang Rusia vs Ukraina ini bisa menjadi tanda pecahnya perang dunia ketiga.
Namun demikian, ternyata tak hanya Rusia dan Ukraina yang kini tengah memanas dalam hal hubungan termasuk militer.
Di belahan dunia lain, yakni benua Asia, isu hubungan memanas beberapa negara tengah terjadi beberapa waktu terakhir.
Tak sedikit pula yang menyinggung mengenai peperangan yang bisa terjadi di wilayah sarat konflik tersebut.
Lebih mengejutkan lagi, kawasan rawan konflik di Asia tersebut ternyata bisa berimbas besar pada Indonesia.
Ya, bukan tanpa alasan hal itu lantaran Indonesia berada tepat di tengah-tengah dua pihak yang kini tengah bersitegang, yakni China dengan Australia.
Ketegangan antara China dan Australia kini kembali mencuat seiring peperangan yang terjadi antara Rusia vs Ukraina.
Hal itu bermula saat China merespons keras atas pengembangan pengembangan rudal hipersonik oleh AUKUS.
Ditanya tentang kerja sama hipersonik di bawah AUKUS, Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun memperingatkan tindakan yang dapat memicu konflik.
"Siapa pun yang tidak ingin melihat krisis Ukraina harus menahan diri dari melakukan hal-hal yang dapat membawa bagian lain dunia ke dalam krisis seperti ini," kata Zhang.
"Seperti kata pepatah Cina 'Jika Anda tidak menyukainya, jangan memaksakannya pada orang lain'," ujarnya, sebagaimana dilansir SBS News, Rabu (6/4/2022).
Diberitakan sebelumnya, Presiden AS Joe Biden bersama para pemimpin dari AUKUS mengumumkan, kelompok itu akan bergabung untuk mengembangkan rudal hipersonik.
AUKUS merupakan kerja sama pertahanan internasional antara AS, Australia, dan Inggris yang diumumkan pada September 2021, sebagaimana dilansir The Epoch Times.
Salah satu program utama AUKUS adalah membangun armada kapal selam bertenaga nuklir untuk militer Australia sebagai bagian upaya keamana di kawasan Indo-Pasifik.
Pada Selasa (5/4/2022), Perdana Menteri Australia Scott Morrison, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, dan Biden memperbarui komitmen mereka untuk kemitraan tersebut dan mengumumkan rencana mengenai senjata hipersonik.
“Kami juga berkomitmen hari ini untuk memulai kerja sama trilateral baru pada hipersonik dan kontra-hipersonik, kemampuan peperangan elektronik, serta memperluas berbagi informasi dan untuk memperdalam kerja sama dalam inovasi pertahanan,” bunyi pernyataan itu.
Meski pemerintahan Biden berkeras bahwa AUKUS tidak ditujukan untuk satu negara, banyak yang melihatnya sebagai respons untuk menangkal pengaruh China yang semakin kuat di kawasan Indo-Pasifik.
Di sisi lain, China juga telah mengembangkan dan berhasil menguji rudal hipersoniknya sendiri dalam beberapa tahun terakhir.
Peluncuran rudal hipersonik China pertama kali dikonfirmasi oleh Pentagon pada Oktober 2021.
Agaknya ketegangan antara pemegang kekuatan militer besar di dunia kini tengah memanas di beberapa tempat.
Bahkan sempat muncul kabar mengenai perang Rusia vs Ukraina bisa berhenti bila pemerintahan sekutu Vladimir Putin yakni China bertindak.
Di sisi lain, China sendiri tengah bersitegang dengan negara-negara barat di wilayah Laut China Selatan.
Terutama ketegangan China cukup memuncak karena kisruh yang terjadi antara Negeri Tirai Bambu dengan Taiwan beberapa bulan terakhir.
(*)
Baca Juga: Ukraina Perang, Joe Biden Sesumbar Konflik Indo-Pasifik Masih Menjadi Prioritasnya