"Di rumahnya itu gede banget, trus kayak ada tempat semacam TKW tapi kayaknya gak jelas. Gak bisa keluar juga, di kamar aja," lanjutnya.
Tak hanya itu, biduan asal Pasuruan, Jawa Timur, ini juga mengaku hanya diberi makan lontong mentah satu hari sekali.
"Dikasih makan itu lontong mentah yang belum mateng, dikasih sayur sama kerupuk doang satu hari sehari," kenang Inul.
Mirisnya, ketika akhirnya diminta manggung, Inul malah 'terancam' kehilangan keperawanannya.
"Akhirnya nyanyi sekali (di tempat) masuk ke rawa-rawa gitu dan gitu deh. Jadi mau gak mau harus mau," ujar Inul.
"Akhirnya aku bilang bahwa aku anak baik-baik istilahnya aku perawan, malah justru kayak, 'wah perawan ini, harus disikat' atau dijual," tambahnya.
Angin segar datang ketika salah satu teman Inul meyakinkannya untuk tenang mengingat bapaknya seorang polisi.
"Aku berdoa aja. Kebetulan temenku yang satu orang tuanya kayak polisi, jadi tenang, 'gak usah khawatir Nul, bapakku pasti nyari'."
"Jadi aku agak tenang, tapi tiap hari nangis, 'kapan kita pulang?'. Aduh sengsara," kenangnya lagi sambil berkaca-kaca.
Saat itu, Inul Daratista dan temannya dengan berani memprotes apa yang ia alami saat penyekapan.