Tradisi ini juga memungkinkan anak-anak tetap mempunyai ayah, meskipun "ayah aslinya" meninggal.
Jadi, para istri tak perlu khawatir akan masa depan anaknya kelak.
Dengan praktik poliandari ini, kesempatan untuk nasib yang lebih cerah di masa depan bisa terjaga.
Praktik pernikahan seperti ini memang sudah cukup lama dijalani oleh banyak masyarakat di kawasan Himalaya.
Namun kini praktik poliandri seiring dengan berjalannya waktu memang perlahan mulai memudar.
Selain faktor meningkatnya perekonomian masyarakat, informasi dari luar wilayah lantaran pengaruh perkembangan juga menjadi faktor lainnya.
Meski demikian, praktik poliandri memang sudah berjalan kurang lebih satu abad di wilayah tersebut.
(*)