Gunung ini pada dasarnya adalah gletser mengapung.
"Jadi lapisan ini perlahan-lahan bergeser setiap tahun, mungkin satu mil per tahun," ujar Readinger dikutip dari Vox, Kamis (20/5/2021).
"Dan seiring waktu, akan ada celah yang muncul di dalamnya saat bergerak. Dan akhirnya, gunung es akan pecah begitu saja," tambah dia.
Adapun ditegaskan oleh Readinger, pecahnya gunung es tersebut merupakan karena sebab alami dan bukan akibat perubahan iklim.
"Ini semacam proses alami yang dialami lapisan es, dan semua lapisan lainnya. Jadi ini kemungkinan besar adalah fenomena alam setiap beberapa dekade."
"Ini seperti es batu besar di gelas Anda, yang sudah menggantikan air, menaikkan permukaan air, dan saat mencair tidak akan mengubahnya karena sudah begitu, mengapung di atasnya."
Ia memaparkan, mencairnya gunung es ini tidak akan mempengaruhi permukaan air laut.
"Itu sudah mengapung di laut dan juga di beting, jadi tidak akan memengaruhi permukaan laut saat mencair."
Lebih lanjut kata Readinger, ia menyoroti gunung es A-76 sepertinya tidak akan bergerak ke mana pun dan kapan pun.
"Ini seperti es batu besar di gelas Anda, yang sudah menggantikan air, menaikkan permukaan air, dan saat mencair tidak akan mengubahnya karena sudah begitu, mengapung di atasnya," tandas dia. (*)