"Jika kita tidak melatih mereka, siapa yang akan membantu mereka?" ungkapnya.
Taktik kekerasan junta militer yang semakin meningkat digunakan terhadap pengunjuk rasa dan pengamat, menyebabkan lebih dari 760 kematian, menurut kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP).
Namun, AAPP mengatakan bahwa jumlah kematian sebenarnya di lapangan bisa jadi lebih tinggi.
Nerdah Bo Mya mengatakan tidak satu pun dari 200 pengunjuk rasa anti-kudeta yang dia latih, pernah memegang senjata sebelumnya.
Bahkan banyak dari mereka adalah para pelajar.
"Mereka sangat muda, usia mereka sekitar 24-25 tahun, serta beberapa adalah perawat, dokter, dan staf medis," ujarnya.
Selain diberitahu cara memegang senjata, mereka juga disiapkan untuk menghadapi luka fisik dalam pertempuran. Lalu, diperlihatkan teknik pertolongan pertama dan diajarkan keahlian menembak dasar.
KNDO bukan satu-satunya kelompok etnis bersenjata yang menawarkan pelatihan anggota CDM.
Rekaman dari sejumlah daerah etnis menunjukkan rekrutan meneriakkan slogan, seperti "untuk rakyat," "untuk kebebasan kita" dan "untuk kemerdekaan kita."
Junta militer belum menanggapi gerakan masyarakat sipil dan etnis bersenjata Myanmar di kamp-kamp pelatihan tersebut.